JAKARTA-Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, Densus 88 sudah menangkap 36 orang yang terkait dengan jaringan teroris. Penangkapan ini sebagai bentuk antisipasi aksi teror di Indonesia. "Sudah ada 36 ditangkap tapi bukan semuanya terkait Kampung Melayu, ada juga yang tidak terkait. Tapi mereka adalah sel-sel JAD (Jemaah Ansharut Daulah) yang akan melakukan rencana serangan teror," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (20/6). Tito sudah menginstruksikan kepada Kepala Densus 88 Irjen Muhamad Syafii untuk menangkap semua jaringan teror yang diduga aktif di Indonesia. Bahkan, Tito memberikan wewenang lebih untuk melakukan penangkapan. "Jadi lakukan tindakan cepat kalau ada indikasi lakukan sesuai kewenangan yang ada sesuai UU. Termasuk alat bukti yang ada dan kami bisa lakukan penangkapan selama tujuh hari. Kalau terbukti, tahan. Kalau gak terbukti, kami lepaskan," jelas dia. Dari penangkapan sejumlah jaringan teroris itu, ternyata Densus menemukan adanya jaringan aktif yang ingin melancarkan aksi teror. "Ada yang ditangkap ini memiliki senpi dan bom. Bahkan ada bom yang sudah jadi seperti di Bima. Mereka akan menyerang Polsek Woha, tiga malam lalu," kata Tito. Dalam penangkapan jaringan Bima, Densus mengamankan tiga orang pada Sabtu (17/6). Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Bima, membekuk dua orang. Kedua terduga teroris berinisial K dan NH dan itu merupakan anggota Jamaah Ansoru Daulah (JAD). Tito mengatakan, anak buahnya sampai saat ini masih memeriksa kedua terduga teroris. “Sekarang terus dimintai keterangannya,” kata. Densus 88 juga mengamankan barang bukti berupa bahan peledak dan bom rakitan yang sudah jadi. Kedua orang yang ditangkap Densus 88 itu belajar cara membuat bom pada Bahrun Naim. "Itu berikut bom yang sudah jadi, bahan peledak TATP (triacetone triperoxide, red), semua sama. Mereka belajar dari online dari Bahrun Naim," tuturnya. Mantan Kapolda Papua itu menambahkan, dua orang terduga teroris itu sudah punya target. Keduanya berencana menyerang Polsek Woha, Bima, NTB. “Mereka berencana menyerang menyerang Polsek Woha. Kami ketahui di Bima ada beberapa kali kejadian," ucapnya. Menurut Tito, kelompok itu sengaja mengincar polisi lantaran banyak anggotanya yang ditangkap Polri dan meninggal dunia. Selain itu, kelompok teroris juga punya ideologi yang menyimpang, yakni ideologi takfiri sehingga apa saja yang bukan berasal dari Tuhan berarti kafir. "Ini takfiri yaitu apapun yang bukan berasal dari Tuhan dianggap haram. Kalau manusia bukan kelompok mereka, termasuk muslim (selain kelompoknya) juga boleh dibunuh," ujarnya. Hal itu sudah terlihat dari beberapa kasus serangan aksi teroris. Salah satunya, beberapa waktu lalu, kasus penyerangan aksi bom di Masjid Polres Cirebon yang tengah melaksankan Solat Jumat. Bahkan Kapolresnya juga menjadi korban dan 17 orang korban lainnya. “Semua yang bukan kelompok dia adalah kafir. Tapi yang kafir agresif menyerang mereka dianggap sebagai kafir harbi. Harbi itu perang dalam bahasa Arab jadi wajib diperangi duluan. Sedangkan yang lain yang tidak menyerang mereka dianggap kafir dini suatu saat kalau mereka sudah menguasai negara maka kafir dini harus membayar pajak kepada mereka itu konsepnya,” urai dia. (jpg)
Tito Perintahkan Tangkap Semua Teroris
Rabu 21-06-2017,08:37 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :