Di Serang, Guru SMP Danai Teroris

Jumat 09-06-2017,06:36 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERANG – Perburuan terhadap kelompok penebar teror di Kampung Melayu terus menggelinding. Kemarin (8/6), Densus 88 Antiteror Polri kembali membeberkan penangkapan terhadap 8 terduga teroris dari Banten dan Medan. Dari 8 orang tersebut, empat orang ditangkap di Serang, berinisial S (45 tahun), H-L (42 tahun), A (35 tahun), serta EM (52 Tahun). Kemudian 3 orang ditangkap di Medan. Mereka berinisial R (37 tahun), J (41 Tahun), dan A (46 tahun). Sementara satu orang lainnya berinisial SU, ditangkap dari Cilegon. Dari lima orang terduga yang ditangkap, satu di antaranya seorang guru SMP Negeri 15 Kota Serang, yang berstatus pegawai negeri sipil, berinisial H-L. H-L ditangkap Densus 88 di sebuah mal di Kota Serang, saat berbelanja bersama istrinya siang hari. Penangkapan H-L merupakan hasil pengembangan terduga teroris lainnya berinisial M-K alias SU, DPO perampokan toko emas Kendal, Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang ditangkap di Citangkil, Cilegon. Pasca ditangkapnya H-L oleh Densus 88, suasana sekolah tempat H-L mengajar terlihat sepi. Rekan H-L di sekolah enggan berkomentar perihal ditangkapnya guru IPS tersebut. Dari informasi yang didapat, H-L terlibat dalam aksi perampokan di Solo, Jawa Tengah. H-L terlibat perampokan bersama ke-4 terduga teroris lainnya berinisial EM, S alias N’con dan A yang ditangkap di Kota Serang dan Kabupaten Serang. Hasil perampokan yang didapat digunakan untuk aksi terorisme. H-L juga diduga sebagai penyandang dana serta logistik dalam setiap kegiatan Jamaah Ansharut Daulad atau JAD Banten, termasuk diduga menyembunyikan SU yang diduga anggota JAD Jawa Barat, di tempat pembuatan batu bata di Cilegon. Penangkapan guru SMP tersebut mengagetkan berbagai pihak, terutama di kalangan pegawai Pemerintah Kota Serang. Wakil Walikota Serang Sulhi Choir mengimbau seluruh guru di Kota Serang untuk tidak terlibat dalam kegiatan kelompok radikal seperti terorisme. Terkait bantuan hukum dari Pemkot Serang untuk H-L, Sulhi menyerahkannya kepada Korpri Kota Serang. Pemerintah Kota Serang sendiri belum mengambil sikap terkait pencopotan H-L sebagai PNS. Pemkot Serang menunggu hasil pemeriksaan kepolisian selama satu minggu, untuk memberikan sanksi terhadap H-L. Kabid Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul dalam keterangannya di Mabes Polri memastikan bahwa 8 orang yang ditangkap berasal dari kelompok Jamaah Anshorud Daulah (JAD). Kelompok asal dua pelaku bom di Kampung Melayu Mei lalu. Hingga saat ini, Polri masih menyelidik keterlibatan dan peran kedelapan orang-orang itu dalam aksi-aksi teror. Anggota kelompok JAD tercatat beberapa kali terlibat aksi terorisme. Diantaranya di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta serta di halaman Mapolresta Solo tahun lalu. “Terakhir di Kampung Melayu kemarin,” kata Martinus. Martinus menjelaskan, penangkapan seluruh jaringan JAD adalah bagian dari upaya pencegahan yang dilakukan oleh polisi agar anggota kelompok ini tidak bisa lagi mengulangi aksi-aksi lainnya. “Biasanya mereka memang menyerang pihak kepolisian,” katanya. Selain itu, Polri kini semakin mewaspadai merembetnya konflik di Marawi, Filipina. Sebagaimana yang diberitakan, salah satu dari kelompok Maute yang melawan pemerintah Filipina berasal dari Indonesia. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada hubungan kuat antara kelompok teroris di Indonesia dengan kelompok pemberontak di Filipina. Dari penangkapan tersangka RS di Jogjakarta beberapa waktu lalu, terungkap bahwa yang bersangkutan telah  dua kali mengirimkan bantuan  uang senilai USD 7.500. “RS mengirimkan uang dua kali  juga beberapa bentuk fasilitas lain,” sebut Martinus. Polri juga akan terus mengembangkan kerjasama dengan otoritas Filipina untuk mengungkap siapa saja orang-orang Indonesia yang memiliki hubungan dengan para teroris di Marawi. Penindakan dan penangkapan akan dilakukan pada mereka yang dikategorikan punya hubungan dengan kelompok Maute. “Indonesia dan Filipinan butuh saling bertukar informasi,” kata Martinus. Martinus menambahkan, bahwa JAD sendiri memiliki beberapa rayon dalam operasionalnya. Martinus menyebut beberapa rayon seperti Rayon Bandung Raya, Rayon Jawa Tengah, Rayon Sulawesi yang berpusat di Poso dan beberapa rayon di Sumatera Utara dan Jambi. “Sampai sekarang sudah 22 orang yang ditangkap. Ini untuk mencegah ada aksi-aksi teror lain pada masyarakat,” pungas Martinus. Pengamat Terorisme Al Chaidar Abdurrahman Puteh mengungkapkan bahwa memang seharusnya Polri melakukan pre-emptive strike (pencegahan awal) dengan mengungkap seluruh jaringan kelompok teror sebelum mereka sempat melancarkan aksinya. Namun, menurut Chaidar. Pre-emptive strike yang dilakukan oleh Polri terhitung terlambat. “Sudah beberapa kali insiden terjadi, mulai dari Sarinah, Solo, sampai Kampung Melayu, sudah jatuh korban juga,” katanya. Dengan pola-pola gerakan yang ditunjukkan selama ini, Chaidar cukup yakin bahwa JAD terhubung langsung dengan ISIS. Kelompok ISIS sendiri menurut prediksinya telah menyebar cukup masif di Indonesia. Apalagi, Chaidar menyebut baru-baru ini ISIS sudah menyatakan secara terang-terangan kehadiran mereka di Indonesia lewat media mereka, majalah Amaq dan Dabiq.“Sekarang mereka kira-kira sudah tersebar di 17 provinsi di Indonesia,” pungkas Alumnus Universitas Indonesia ini.(jpg/bha)

Tags :
Kategori :

Terkait