Urusan katering haji menjadi perhatian Kementerian Agama (Kemenag). Sebab, jamaah haji tahun ini bertambah 52 ribu orang dibanding tahun lalu. Khusus untuk katering di Makkah, pemerintah melalui Kemenag sudah meneken kontrak dengan 28 unit perusahaan katering.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis memastikan, seluruh perusahaan katering yang dikontrak sudah berpengalaman. Dia menjelaskan, melonjaknya jumlah jamaah haji tahun ini membuat perusahaan katering yang dikontrak bertambah. ”Tahun lalu 23 perusahaan katering, sekarang 28 perusahaan. Tambah lima perusahaan,” ujarnya.
Jumlah perusahaan katering itu bertambah bukan hanya karena penambahan jumlah jamaah haji. Tetapi juga karena ada penambahan frekuensi pemberian makanan untuk jamaah. Sri menjelaskan, tahun ini jamaah selama di Makkah mendapatkan 25 kali makan. Sedangkan tahun lalu 24 kali.
Saat ini, terang Sri, pertumbuhan perusahaan katering di Makkah cukup pesat. Karena itu, tim Kemenag tidak mengalami kesulitan. Perusahaan katering, kata dia, sudah siap menghidangkan makanan dengan cita rasa Nusantara. Ada rendang, ayam goreng, olahan sayur, dan sejenisnya.
Sri berharap jamaah disiplin menyantap makanan. ”Kalau tertulis untuk makan siang, ya dimakan siang hari. Ada keterangan batas jamnya,” terang dia. Kedisiplinan jam makan mencegah jamaah mengonsumsi makanan yang sudah basi. Selain itu, Sri berpesan kepada perusahaan katering untuk menyalurkan makanan tepat waktu.
Sementara itu, selama di Madinah jamaah akan mendapatkan makanan 18 kali. Jamaah berada di Madinah kurang lebih sembilan hari. Untuk menyuplai makanan jamaah haji di Madinah, Kemenag telah menggandeng 13 unit perusahaan katering.
Selama menjalani kegiatan di Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), jamaah haji mendapatkan 16 kali makan. Untuk makan di Armina, Kemenag bekerja sama dengan 18 unit perusahaan katering. ”Selain itu juga katering dari muasasah,” katanya.
Sri menjelaskan, dapur katering di Armina ada di setiap maktab atau tenda jamaah. Khusus untuk di tenda, proses memasak menggunakan kayu bakar. Tidak menggunakan gas. Tujuannya ialah mencegah ancaman kebakaran. ”Ini sudah menjadi aturan pemerintah Saudi,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid menerangkan, penambahan jumlah katering di Makkah sudah menjadi hasil keputusan bersama pihaknya dengan Kemenag. Dia berharap Kemenag bisa mengantisipasi kasus katering terlambat atau makanan sampai hotel dalam keadaan basi. Karena bisa memicu kasus kejadian luar biasa diare. (wan/c9/agm)