Teroris Diduga Manfaatkan Momen Pemilu

Jumat 17-05-2019,03:49 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Jakarta -- Polri menyebut sembilan terduga teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Tengah yang ditangkap pada Selasa (14/5) lalu, diduga ingin beraksi dengan memanfaatkan momentum Pemilu 2019. Mereka diduga merencanakan aksi teror dengan target salah satunya kepolisian. "Diduga mereka juga memanfaatkan momentum pesta demokrasi ya, diduga, ada beberapa indikasi hal tersebut," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri, Kamis (16/5). Namun, Iqbal tak menjelaskan secara rinci indikasi-indikasi yang dimaksud. Yang jelas, kata Iqbal, kelompok JAD Jawa Tengah itu salah satunya mengincar aparat kepolisian serta kantor kepolisian. Iqbal menambahkan saat ini tim Densus 88 Antiteror masih terus mengejar sejumlah anggota kelompok JAD Jateng yang masih berkeliaran. Ia menuturkan pengejaran itu terus dilakukan guna mengantisipasi terjadinya aksi teror selama proses Pemilu 2019 ini berlangsung. "Untuk mengantisipasi terjadinya serangan-serangan teror pada momentum pesta demokrasi, momentum ramadan, momentum hari raya, sehingga seluruh masyarakat dapat melakukan aktivitasnya aman, damai," tuturnya. Lebih lanjut Iqbal menyampaikan pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pihak terkait dalam rangka pemberantasan teroris di Indonesia. Untuk langkah soft approach misalnya, Iqbal menyebut pihaknya terus bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). "Ada terus dengan upaya penangkapan, itu juga upaya pencegahan namanya preventive strike agar mereka tidak bisa melakukan aksinya," ucap Iqbal. Berpengalaman di Suriah Sebelumnya, Densus 88 Antiteror menangkap sembilan orang terduga teroris di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Selasa (14/5). Juru Bicara Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyampaikan, dari sembilan terduga terorisme yang ditangkap tersebut, satu di antaranya juga kordinator penting Jamaah Ansharud Daulah (JAD). “Yang menjadi catatan penting dari penangkapan ini, mereka yang tertangkap, tujuhnya itu sangat berpengalaman,” ujar Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (15/5). Dedi menerangkan, sembilan yang tertangkap tersebut, yakni AH, JI, IH, AU, JM, AS, AM, AL, dan PT. “Inisial PT ini kordinator JAD di wilayah Jawa,” terang Dedi. PT, kata Dedi, salah satu yang teridentifikasi Densus 88 pernah bergabung dengan Daesh di Suriah pada 2013. PT diketahui laki-laki berusia kisaran 45-an tahun asal Semarang, Jateng. Ia ditangkap pada Selasa (14/5). PT punya andil dalam melakukan rencana aksi, dan persedian logistik terorisme di Indonesia. Di Suriah, perannya juga sebagai perantara dan penyalur logistik kegiatan perlawanan. Selain PT, terduga terorisme berinisial AS, dan AM, juga pernah terdeteksi ada di Suriah. AS, pada 2013, dan AM pada pernah terdeksi di perbatasan Turki-Suriah pada 2013. Keduanya, juga asal Semarang. Sedangkan terduga berinisial IH, yang ditangkap di Sragen, Jateng, Selasa (14/5) pernah terdeteksi berada di Suriah pada Oktober 2014. Terduga AU, dan AL, asal Kudus, Jateng yang bergabung dengan Daesh, dan bertugas menjadi pemasok dokumen visual. “JP dan JM yang diketahui belum pernah bergabung ke Suriah,” ujar Dedi. JP ditangkap di Jawa Timur (Jatim), pada Selasa (14/5), bersamaan dengan JM yang ditangkap di Jepara. Meski keduanya belum pernah terdeteksi di Suriah, tetapi Dedi mengatakan, JP punya peran penting dalam struktur JAD. “Dia ini kordinator pelatihan di wilayah Jawa Tengah, dan pernah menjadi kordinator aksi JAD di Jawa Tengah,” ujar Dedi. Penangkapan sembilan terduga anggota JAD ini, menambah rentetan penangkapan teridentifikasi terorisme oleh Densus 88 dalam dua pekan terakhir. Pekan lalu, beruntun Densus 88 juga menangkap lebih dari 10 terduga terorisme di Bekasi, Lampung, dan Tegal, bahkan di Sulawesi Utara (Sulsel).(cnn/rep)

Tags :
Kategori :

Terkait