Tenun tradisional Indonesia merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Produk khas ini dapat ditemui di hampir semua daerah di Indonesia dan diproduksi dengan berbagai teknik. Di antaranya, songket, ikat, lurik, dan lainnnya. Sayangnya, produksi tenun oleh para perajin masih belum memerhatikan bahan ramah lingkungan. Untuk itu, gerakan kampanye tenun ramah lingkungan dilakukan dalam rangka konsumsi dan produksi berkelanjutan. Kampanye ini dilakukan oleh Switch Asia Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan Tenun Tradisional yang didanai oleh Uni Eropa, bersama pusat standarisasi Kementerian Lingkungan dan Kehutanan serta Cita Tenun Indonesia (CTI) dan lembaga lainnya.
“Para penenun dan perajin kebanyakan adalah perempuan miskin yang melestarikan pengetahuan tradisionalnya. Namun banyak dari mereka yang belum memahami bahaya lingkungan dari bahan pewarna sintetis yang digunakan bagi lingkungan,” tegas Project Manager Switch Asia Hand Woven Textile, Miranda di Grand Indonesia, Jakarta, Rabu malam (31/5).
Peluncuran dokumen strategi tersebut berisi visi, misi, tantangan, dan pengembangan sektor tenun ramah lingkungan selama lima tahun ke depan. Ada pula sertifikat ramah lingkungan untuk tenun warna alam. Kegiatan tersebut juga diramaikan dengan pameran kain tenun.
“Sebetulnya mau bahannya sintetis atau alam, tetap saja ada aturan-aturan bagi perajin harus memerhatikan lingkungan, agar tak ada pencemaran. Program ini punya banyak dimensi, kami ingin melestarikan tenun,” ungkap Miranda. Dia menjelaskan selama ini beberapa produksi tenun masih kurang ramah lingkungan. Pewarnaan menggunakan bahan sintetis dibuang ke tanah atau ke sungai. Hal itu dikhawatirkan menimbulkan pencemaran. “Mungkin bukan industri besar, tapi kalau banyak tetap saja pencemaran. Itu dari sisi lingkungan. Dari sisi budayanya, sektor tenun banyak ditinggalkan anak muda. Dengan adanya program ini, sektor tenun bisa lebih kompetitif,” tegasnya. Karena itu kampanye ini menggandeng para desainer untuk mengembangkan desain dan warna kreatif. Sehingga anak muda bisa lebih tertarik belajar menenun. Sasarannya, dilakukan pada 4 ribu perajin tenun di seluruh Indonesia.(cr1/JPG)