Satpol PP Belum Profesional

Sabtu 27-05-2017,08:54 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERPONG-Satpol PP baru saja merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-63. Meski telah memasuki usia sepuh, Satpol PP dinilai  Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany belum humanis. Hal ini dinilai, karena tingginya tingkat stres personel menghadapi tingginya dinamika dan perilaku masyarakat. Airin mengatakan, sisi humanis Satpol PP masih perlu ditingkatkan kembali. Ia meminta agar, Satpol PP Kota Tangsel mampu bertugas secara profesional. Kurangnya sarana dan prasarana jangan serta-merta membuat personel Satpol PP mengeluh melakukan upaya penegakan peraturan daerah (Perda). “Humanis Satpol PP perlu ditingkatkan. Dalam arti, Satpol PP harus dapat profesional dalam menjalankan tugas. Jangan mengeluhkan personel kurang dan prasarana yang kurang,” ujar walikota  saat menanggapi pertanyaan Tangerang Ekspres, di Lapangan Cilenggang, Serpong, kemarin. Di sisi lain, pengamat kebijakan publik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Djaka Badranaya menjelaskan, berbagai faktor yang memengaruhi stigma kurang humanisnya para personel Satpol PP. Secara umum, menurut Djaka, dalam menyelesaikan berbagai persoalan kemasyarakatan seperti penertiban, dan penggusuran misalnya, aparatur Satpol PP kerap ditempatkan pada posisi terakhir. Hal tersebut dikatakannya sebagai faktor pengaruh yang mengesankan kegarangan personel Satpol PP di lapangan. Di samping itu, tingginya dinamika dan perilaku masyarakat kerap membuat Satpol PP stres. Sehingga, tindakan represif kerap dilakukan terlebih saat menghadapi gejolak masyarakat dalam menjalankan berbagai tugas penegakan perda. Akibatnya, Satpol PP semakin dikesankan kurang humanis. “Satpol PP juga harus diperankan dalam hal dialog saat ada rencana relokasi. Jangan hanya saat mengeksekusi baru intansi lain menerjunkannya. Terlebih contoh kasus saat menggusur atau merelokasi warga, harusnya disediakan dahulu tempat relokasinya. Sehingga tak melulu Satpol PP yang menjadi sorotan atas gejolak dari kasus seperti itu,” katanya saat dihubungi Tangerang Ekspres. Ia menambahkan, selain tingkat stres yang tinggi menghadapi berbagai dinamika dan prilaku warga, kompetensi personel juga diindikasikan menjadi variabel lain. Kurangnya kompetensi, lanjut Djaka, bisa membuat berbagai tindakan represif yang dilakukan saat terjadi gejolak dianggap juga sebagai hal yang menarik emosional personel yang diluapkan mengahadapi gejolak tersebut. “Hal lainnya juga tak terlepas dari kompetensi para personel. Kompetensi ini yang harus diingatkan. Sebab, peran Satpol PP terbilang besar dalam hal penegakan Perda. Kurangnya kompetensi secara emosional dan intelektual juga menjadi pengaruh mengapa terkesan bahwa Satpol PP itu tak humanis,” imbuhnya. Menanggapi hal tersebut, Kepala Satpol PP Kota Tangsel Chaerul Saleh mengatakan, pihaknya terus menerapkan berbagai upaya penegakkan perda dengan pendekatan-pendekatan preventif. Upaya menjadikan Satpol PP lebih humanis terus dilakukan. “Memang uapaya humanisme itu kita terus terapkan. Jadi, tetap menegakan Perda melalui pendekatan-pendekatan yang tidak represif dan bersifat pencegahan,” katanya. Chaerul juga mengatakan, pendekatan-pendekatan dilakukan dengan memberikan surat peringatan dalam menindak berbagai pelanggaran. Dengan pemberian surat peringatan hingga tiga kali itu, masyrakat juga secara nyata diberikan edukasi, atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya.   “Jika sudah kita berikan selama tiga kali surat poeringatan, baru akan kita tindak, kita tertibkan,” pungkasnya. (mg-22/esa)

Tags :
Kategori :

Terkait