JAKARTA – ’’Akses Jalan ke Sarmi (Papua), jalannya masih jelek. Mudah-mudahan (ke depan) bisa lebih bagus dari tempat lain.’’ Itulah yang disampaikan striker timnas U-22 Marinus Wanewar, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta dia mengungkapkan keinginannya kemarin (28/2). Marinus dan seluruh skuat Timnas U-22 kemarin diterima Presiden di teras belakang Istana Merdeka Jakarta. Gestur tubuh Marinus memang menunjukkan bahwa dia benar-benar grogi duduk di sebelah presiden. Saat ditanya dari mana asalnya, spontan pemuda 22 tahun itu menjawab Papua. ’’Ya Papua, tahu. Dari mana, Wamena, Jayapura, Merauke, atau Manokwari,’’ canda Presiden yang langsung membuat seluruh skuat tertawa. Sementara Marinus hanya bisa tersipu sembari menjawab bahwa dia berasal dari Kabupaten Sarmi, yang terletak di sebelah barat Jayapura. Dalam kesempatan tersebut, sejumlah pemain angkat bicara soal masa depan mereka. Winger timnas Osvaldo Haay misalnya, meminta rekomendasi agar bisa melanjutkan kuliah. ’’Karena saya sudah meninggalkan kuliah cukup lama,’’ ucap pemain yang merumput bersama Persebaya Surabaya itu. Osvaldo saat ini berstatus mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Cendrawasih. Senada, sang kapten Bagas Adi Nugroho juga meminta agar para pemain yang ingin atau sedang berkiprah di institusi Polri dan TNI mendapat perhatian. Termasuk yang ingin menjadi PNS. ’’Teman saya ada yang anggota polisi, ya maksudnya bisa lebih naik pangkat,’’ ucapnya merujuk pada Sani Rizki Fauzi yang merupakan personel Polda Metro Jaya. ’’Saya urus nanti yang TNI sama Polisi,’’ jamin Jokowi. Sementara itu, coach Indra Sjafri membeberkan target timnas selanjutnya. Yakni kualifikasi piala AFC U-23 dan SEA Games 2019. Bila sukses di AFC, itu bisa menentukan peringkat Indoensia untuk bisa lolos ke olimpiade. Sementara, di SEA Games, Indra mengingatkan bahwa Indonesia belum mendapat emas lagi di cabor sepakbola sejak 1991. ’’Izin Allah nanti kita wujudkan pak,’’ ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, presiden memastikan guyuran bonus bagi skuat AFF bakal bertambah. Itu setelah dia mendapat penjelasan dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi bahwa bonus yang diberikan Kemenpora nilainya Rp 65 juta per orang. ’’Ya sudah, dari saya masing-masing Rp 200 (juta),’’ ucap Jokowi yang disambut tepuk tangan meriah skuat timnas. Seluruh tim dan ofisial mendapatkan bonus yang sama. Dengan total 32 orang rombongan yang berangkat ke Kamboja, maka total bonus yang disiapkan senilai Rp 6,4 miliar. Nahrawi menyebut kemungkinan anggarannya akan diambil dari Setneg. Karena tambahan bonus itu merupakan apresiasi langsung dari presiden. Presiden mengungkapkan kebanggaannya atas raihan timnas U-22. Dia berharap prestasi itu bisa berlanjut di momen AFC U-23 dan SEA Games Manila. Dia meminta Bagas dan kawan-kawn lebih semangat menatap turnamen berikutnya. ’’Sehingga prestasi ini betul-betul menjadi sebuah arah baru, generasi baru kebangkitan sepakbola Indonesia,’’ tambahnya. Usai pertemuan, coach Indra mengakui bahwa memang ada satu tantangan baru bagi timnas di luar urusan sepakbola. Tantangan itu tidak lain berupa popularitas. Tidak heran, para penggawa timnas menjadi idola para penggemar sepakbola di tanah air. Di tengah dahaga gelar dan carut marut PSSI, mereka muncul sebagai pahlawan dengan mengangkat tropi di level ASEAN. Menurut Indra, godaan popularitas itu bisa jadi bumerang bila tidak disikapi dengan bijak. Dan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab jajaran pelatih. Publik dan media massa wajib ikut menjaga agar penggawa timnas tidak terbuai popularitas. ’’Jangan juga kita memberi apresiasi yang berlebihan,’’ tegasnya. Bagi Indra, apresiasi dari presiden sudah diangap luar biasa. Selanjutnya, dia meminta publik agar berhenti memuji anak asuhnya. ’’Nggak perlu lagi setelah ini ada sanjung-sanjungan. Kalau memang ada yang perlu dikritik, kritik saja,’’ tambahnya. Masih ada turnamen-turnamen lain yang akan dihadapi. Perjuangan mereka belum usai. Di sisi lain, keberhasilan Timnas Indonesia U-22 merebut juara Piala AFF U-22 tampaknya memang tidak disambut meriah oleh masyarakat Jakarta. Buktinya dalam pawai juara dari Hotel Sultan menuju Istana Negara kemarin (28/2), kemeriahan sama sekali tak tampak. Skuad Garuda Muda Nusantara yang berdiri di bus tingkat terbuka sepanjang perjalanan terlihat ckup bingung dengan 'sepinya' sambutan. Tidak ada bendera merah putih dan nyanyian menyambut mereka sepanjang perjalanan. Padahal, mereka baru saja mengharumkan nama negara dengan jadi yang terbaik di Asia Tenggara. Suasana yang dialami timnas itu berbeda dengan apa yang terjadi ketika Persija Jakarta melakukan konvoi juara Liga 1 musim lalu. Puluhan ribu suporternya tumplek blek di jalanan. Nyanyian dan kibaran bendera kebanggaan mengiringi laju mereka. Mungkin sepinya sambutan itu disebabkan konvoi juara timnas dilakukan di hari kerja. Warga Jakarta seakan tidak peduli, lebih memilih memenuhi kewajibannya bekerja. Hanya puluhan orang saja yang terlibat melambai-lambaikan tangan. Itupun sebagian besar pekerja proyek di jalan dan beberapa sopir transportasi online. Meski tidak terlalu meriah, beberapa pemain timnas tidak peduli. Mereka justru menganggap undangan presiden ke Istana Negara sudah sangat mengapresiasi. Apalagi diguyur juga dengan bonus uang yang membuat mereka cukup bersyukur. Seperti yang dikatakan oleh Osvaldo. Dia menyadari bahwa masyarakat sedang disibukkan oleh pekerjaannya. "Mungkin kalau hari libur berbeda ya, akan ramai. Tidak masalah,'' terangnya. Hal senada juga dikatakan oleh Todd Rivaldo. Pemain Persipura Jayapura itu menjelaskan bertemu Presiden Jokowi sangat berharga bagi hidupnya. Apalagi dia diberi kesempatan untuk berbincang langsung dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. "Ya saya berharap sepak bola di Papua lebih diperhatikan. Karena potensinya besar. Itu saja, tidak pernah saya bermimpi bertemu dan ngobrol dengan Presiden langsung seperti sekarang, banggalah," katanya. (jpg)
Presiden Guyur Bonus Rp 200 Juta per orang, Indra Sjafri: Jangan Sanjung Timnas Berlebihan
Jumat 01-03-2019,06:04 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :