SDN Pagenjahan: Stop Penggunaan Kata Berkonotasi Kasar
POSTER: Siswa SDN Pagenjahan membentangkan poster menolak normalisasi kata ’anjir’ sebagai bahasa yang tidak baik di sekolah.(Randy/Tangerang Ekspres)--
TANGERANGEKSPRES.ID, KRONJO — Belakangan ini, kata ’anjir’ semakin sering muncul dalam percakapan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di media sosial. Meskipun dianggap sebagai ekspresi ringan atau candaan, penggunaan kata tersebut sebenarnya dapat berdampak pada kebiasaan berbahasa dan budaya yang jauh dari sikap sopan santun di lingkungan pendidikan.
Untuk itu penting bagi siswa untuk mulai mengurangi dan menghentikan normalisasi penggunaan kata-kata yang berkonotasi kasar, termasuk kata ’anjir’. Maka itu ajakan bagi seluruh siswa untuk bersama-sama membangun lingkungan komunikasi yang lebih baik. Ini agar kata-kata berkonotasi kasar tidak diulangi oleh siswa.
Kepala SDN Pagenjahan Burhanudin mengatakan, perkataan yang kasar, meski diucapkan dalam konteks bercanda, dapat memicu salah paham atau menyinggung orang lain tanpa disadari. Dengan meninggalkan kata ’anjir’, siswa dapat menciptakan suasana sekolah yang lebih nyaman, ramah, dan penuh empati.
”Maka itu kami selalu mengingatkan kepada siswa agar tidak mengucap kata-kata kasar. Ini agar tidak menjadi sebuah kebiasaan para siswa. Selain itu, berkata kasar juga tidak boleh diucapkan oleh siswa,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (3/12).
Burhanudin menambahkan, perubahan kecil dimulai dari diri sendiri. Ketika satu orang memilih untuk berbicara lebih sopan, orang lain akan mengikuti. Jadi siswa harus memberi contoh bagi teman-temannya, dengan berani berkata baik dan menolak normalisasi kata yang tidak pantas.
”Daripada mempertahankan kebiasaan yang kurang baik, siswa dapat membuat tren baru berupa bahasa positif. Gunakan ekspresi alternatif yang tidak merendahkan, seperti wah, astaghfirullah, atau ya ampun. Tren positif justru menunjukkan kreativitas dan membawa pengaruh baik,” paparnya.
Ia menjelaskan, bangsa yang kuat dimulai dari generasi muda yang mampu menjaga etika dan budaya, termasuk dalam bertutur. Dengan menghentikan penggunaan kata yang berkonotasi kasar seperti kata ’anjir’, siswa turut menjaga nilai sopan santun yang menjadi bagian penting dari karakter bangsa.
”Ayo bersama-sama stop normalisasi kata ’anjir’. Mulailah dari diri sendiri. Sebarkan kebiasaan baik kepada lingkungan sekitar dan bangun budaya komunikasi yang lebih positif, santun dan penuh rasa hormat. Dengan perubahan sederhana ini, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih berkarakter dan beradab,” tutupnya. (ran)
Sumber:

