159 Korban Tsunami Belum Ditemukan
PANDEGLANG- Korban tewas akibat tsunami terus bertambah. Hingga kemarin (26/12), pukul 13.00 WIB, tercatat 430 orang meninggal dunia dan 159 korban hilang belum ditemukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.495 orang luka dan jumlah pengungsi mencapai 21.991 orang. Sementara kerusakan properti meliputi 924 rumah, 73 penginapan, 60 warung, 434 perahu dan kapal, 24 kendaraan roda 4, 41 kendaraan roda 2, dan masing-masing 1 dermaga dan shelter. Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, operasi SAR yang dilakukan oleh petugas gabungan difokuskan untuk mencari korban baik di laut maupun di daratan. Sementara distribusi bantuan logistik difokuskan untuk menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau. Utamanya di Kecamatan Sumur di selatan Pandeglang. Dari sekitar 6 desa yang sebelumnya terisolasi di Kecamatan Sumur, Pandeglang, petugas sudah berhasil mencapai Taman Jaya dan Tunggal Jaya di Kecamatan Sumur. “Sudah didirikan rumah sakit lapangan juga di sana,” kata Sutopo. Ia mengatakan, bantuan logistik dialirkan melalui beberapa jalur. Yakni jalur darat, laut dan udara. Jalur darat masih sulit karena selain banyak ruas jalan yang rusak, banyak masyarakat yang berseliweran mencari keluarganya, atau mencari tempat yang aman. “Bahkan ada beberapa yang datang dari luar daerah. Mereka mencari kabar akan keluarganya. Ada yang cuma penasaran pengen liat-liat tsunami,” katanya. Ada total 11 helikopter yang dioperasikan baik untuk SAR dan dropping logistik ke area-area yang masih terisolasi. Sutopo mengatakan, bahwa operasi SAR kerap terganggu karena faktor cuaca ekstrim dan isu tsunami susulan yang membuat banyak petugas takut mendekat ke pantai. “Bahkan di labuan sekarang terjadi banjir,” katanya. Sementara itu, Kemenhub mengevakuasi total 1.200 orang penduduk dari Pulau Sebuku dan Sebesi. Komplek kepulauan yang terdekat dengan Krakatau. Para penduduk tersebut diangkut dengan kapal ferry ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. “Selanjutnya seluruh pengungsi dibawa ke Pendopo Kabupaten Lampung Selatan,” tutur Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo. Agus mengatakan, Kementerian Perhubungan akan terus berupaya memberikan dukungan dan bantuan kepada para korban tsunami di Selat Sunda, baik berupa sarana transportasi maupun bantuan kemanusiaan lain yang dibutuhkan. Aktivitas GAK yang terus meningkat membuat beberapa warga pulau Sebesi memilih untuk mengungsi. Namun, menurut salah satu warga Pulau Sebesi, Umar Hadi, masih banyak juga yang memilih tetap tinggal di pulau dan menjaga rumahnya. ”Ada sekitar 1.500 an orang yang masih di Sebesi. Mereka tinggal karena rumah mereka disini sejak dahulu,” katanya saat dihubungi lewat telepon. Sesuai rekomendasi dari BMKG, BPBD Pandeglang dan Banten menghimbau pada masyarakat untuk tidak beraktivitas di area 500 meter dari pantai untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Geologi terus memantau aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau (GAK). Selain itu juga melakukan pemantauan kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Sebab kondisi tersebut dapat memicu longsor tebing kawah ke laut dan memicu terjadinya tsunami. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan BMKG meminta masyarkat di pesisir pantai selat Banten untuk tetap waspada. ’’Menghindari lokasi pesisir atau pantau dalam radius 500 meteri hingga 1 km,’’ katanya. BMKG belum menginformasikan peringatan ini bakal diberlakukan sampai kapan. Sebab kondisi GAK terus mengalami erupsi. Secara umum kondisi cuaca di sekitar GAK diperkirakan hujan ringan hingga sedang pada malam sampai dini hari. Sementara itu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, juga berpotensi mengguyur sekitaran GAK. Sementara itu angin bertiup ke arah barat daya dan barat dengan kecepatan maksimum 20-25 km/jam. BMKG juga memantau tinggi gelombang laut di sekitaran GAK. BMKG memperkirakan tinggi gelombang berkisar 0,75 km sampai 1,5 km pada 25 Desember. Kemudian pada 26 Desember tinggi gelombang bisa mencapai 2 meter pada siang hari dan 1,25 meter pada malam hari. Dwikorita menjelaskan masyarakat supaya terus memantau perkembangan informasi melalui saluran media sosial resmi BMKG. Selain itu juga menatau kondisi GAK melalui aplikasi Magma Indonesia milik Badan Geologi Kementerian ESDM. ’’Masyarakat agar tidak mudah terpancing isu-isu yang menyesatkan,’’ jelasnya. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), status GAK belum berubah. Masih pada status level II (Waspada). Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Wawan Irawan mengungkapkan, gempa tremor terus menerus terjadi dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm). Lontaran material dan debu masih tebal dan puncak kawah tidak teramati. “Angin kencang bertiup ke arah utara dan timur laut. Masyarakat dan wisatawan tetap tidak boleh beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah,” katanya. Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Abdurrahman M. Fachir menegaskan sampai saat ini tidak ada rencana membuka akses bantuan internasional untuk penanganan tsunami selat Sunda. ’’Ucapan simpati dan bela sungkawa dari internasional banyak,’’ katanya di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemarin. Namun dia menegaskan tidak ada rencana membuka akses bantuan internasional, seperti saat penanganan bencana alam di Sulawesi Tengah (Sulteng). Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin turut menyampaikan keprihatinan dan duka cita atas bencana tsunami di selat Sunda. Kepada keluarga korban, Din berpesan supaya bisa bersabar dan tawakal. Menurutnya bencana di Pandeglang itu menambah daftar bencana alam sebelumnya. Yakni di Lombok dan Palu. ’’Dewan Pertimbangan MUI menyerukan kepada bangsa, khususnya umat Islam, untuk semakin meningkatkan hubungan dengan Sang Pencipta,’’ katanya. Upaya meningkatkan hubungan dengan Sang Pencipta itu, menurut Din, bisa dilakukan melalui berdoa dan istighfar. Supaya negeri ini dibebaskan dari malapetaka dan bahaya. Selain itu seluruh ormas Islam dihimbau untuk menjalankan aksi kemanusiaan.(tau/wan)
Sumber: