Jelang ATPC 2019, Tim Sprint Putri Jadi Andalan
INDONESIA siap menjadi tuan rumah Asian Track and Paracycling Championships (ATPC) 2019. Pebalap top dari 43 negara Asia akan berlomba menjadi yang terbaik. Jakarta International Velodrome (JIV) akan menjadi venue turnamen yang akan digeber pada 8 hingga 13 Januari mendatang. Ketua Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia Raja Sapta Oktohari optimis juara. Khususnya, nomor tim sprint putri yang digawangi Elga Khasrisma dan Crismonita Dwi Putri. Berbekal sukses keduanya menjadi yang tercepat di Track Asia Cup, September lalu, dengan catatan waktu 34,862 detik. Namun, melihat situasi saat ini, sulit rasanya mewujudkan harapan tersebut. Sebab, kondisi Elga masih belum pulih pasca menjalani operasi pinggang pada 31 Oktober lalu. Apalagi, kasta ATPC lebih tinggi satu tingkat daripada Track Asia Cup. Praktis, persaingan dalam perebutan medali akan lebih sengit. Meski begitu, Okto -sapaan Raja Sapta- yakin Elga akan turun. "Saya tahu kondisi perkembangan dia (Elga, red). Dipastikan nanti akan turun di ATPC 2019," tegasnya. Di sisi lain, pelatih sepeda Nur Rochman agak ragu untuk menurunkan Elga. Rochman lebih memikirkan kondisi kebugaran fisik dan kesembuhan cederanya. Berdasarkan saran dokter, lanjut dia, untuk pemulihan setidaknya membutuhkan waktu minimal tiga bulan setelah operasi. Apalagi, hingga pekan ini, Elga belum terlihat bergabung dengan tim pelatnas. Sebagai upaya antisipasi, pelatih asal Semarang tersebut telah memanggil pembalap muda Wiji Lestari. Wiji merupakan penyumbang perunggu dari nomor BMX putri Asian Games 2018. Dia diplot sebagai pengganti Elga di posisi orang pertama mendampingi Crismonita. Rochman menilai, Wiji memiliki power yang luar biasa. Namun, masih harus membenahi beberapa teknik bersepedanya untuk nomor trek. Seperti posisi saat sprint, handling, dan teknik kayuhan kaki. "Supaya lebih efisien dan nggak boros tenaganya," ujarnya. Jika menilik catatan waktu putaran per lap, Wiji masih belum memuaskan. Yakni, 21,20 detik. Sedangkan, Crismonita di posisi kedua sudah menyentuh 20,16 detik. "Ini pengalaman saya pertama. Baru sebulan latihan jadi masih kagok," kata Wiji. Pembalap asal Blitar tersebut mematok target mampu tembus 20 detik. Sementara itu, Crismonita cukup realistis menatap ATPC 2019. Dia hanya menargetkan medali. Itu pun cukup sulit. Sebab, pebalap utama seluruh negara Asia akan tampil dan berusaha menjadi juara di ibu kota. "Sulit memang, tapi berusaha dulu aja. Secara pribadi setidaknya perunggu. Karena ATPC masuk sebagai kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo," harapnya. (jpg/apw)
Sumber: