Jakarta-Surabaya 10 Jam, Hasil Survei Korlantas
JAKARTA-Persiapan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 dinilai sudah matang. Polri memastikan bahwa untuk jalan tol Jakarta- Surabaya dapat ditempuh dengan waktu 10 jam. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan bahwa Korlantas bersama kementrian lainnya telah melakukan survei kondisi jalan tol Jakarta Surabaya. ”Semua diperiksa,” paparnya. Dalam survei itu memang diketahui sebagian besar sudah merupakan jalan tol operasional. Hanya ada beberapa bagian yang merupakan jalan tol fungsional. Yang menarik, hasil survei ini menunjukkan bahwa waktu tempuh dari Jakarta ke Surabaya terpangkas. ”Hanya jadi 10 jam dari Jakarta ke Surabaya,” terangnya. Untuk wakru tempuh Jakarta-Semarang hanya sekitar 6 jam dan waktu tempuh Semarang-Jakarta hanya 4 jam. Waktu tempuh itu dalam kondisi yang normal. ”Dengan begini pemudik bisa lebih cepat,” paparnya. Perlu diketahui sebelumnya waktu tempuh Jakarta-Surabaya melalui tol sekitar 13 jam hingga 15 jam. Tito menuturkan bahwa dengan ini diharapkan masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan. ”Yang penting itu keselamatan,” urainya. PT Jasa Marga membentuk satgas khusus pelayanan masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Satgas diresmikan oleh Desi Arryani di kantor pusat Jasa Marga, Jakarta kemarin (19/12). Satgas akan bertugas dalam pelayanan pada penggunan Jalan Tol Trans Jawa. Dari panjang total lebih dari 950 kilometer jalan tol ini, Jasa Marga mengelola 60 persen diantaranya. Hari ini, empat ruas tol akan diresmikan, yakni Pemalang-Batang 39 km, Batang-Semarang 75 km, Salatiga-Kartasura 32 km dan Wilangan-Kertosono 38,7 km. Desi menyampaikan, Jasa Marga merasa perlu mempersiapkan diri menjelang libur Hari Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 kurang lebih sama seperti periode mudik dan balik Idul Fitri. Hal ini dilakukan karena beberapa faktor. Yang pertama adalah faktor cuaca. “Nataru ini walaupun tidak seberat mudik dan balik Lebaran, namun terjadi pada saat cuaca yang cukup berat. Di bulan Desember, curah hujan sangat tinggi, terjadi banjir, longsor dan lain-lain sehingga kami merasa perlu untuk ditingkatkan kewaspadaan kita semua,” ungkapnya. Faktor kedua, lanjutnya, libur Nataru ini bertepatan dengan mulai beroperasinya sejumlah tol yang menjadi bagian mega proyek Tol Trans Jawa. Dalam waktu dekat ini, beberapa ruas di Tol Trans Jawa akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Desi mengatakan, Jalan Tol Trans Jawa sepenuhnya tersambung dari Merak sampai Grati. Hal ini pertama kali terjadi di Indonesia. Untuk itu, yang dihadapi tidak sama dibandingkan sebelumnya. ”Sementara untuk jalan tol di kota-kota besar, misalnya untuk Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Japek), kita masih menghadapi hal sama, yaitu kemacetan,” ujarnya. Namun, untuk Jalan Tol Trans Jawa dari Japek hingga Grati, ia meneruskan, isu yang mengemuka adalah keselamatan. Untuk itu, Jasa Marga merasa perlu membentuk tim satgas supaya betul-betul memperhatikan keselamatan pengendara. ”Kita telah berhasil mengerjakan, berpartisipasi dominan di Trans Jawa. Ini tidak akan menjadi baik, tidak akan menjadi manfaat kalau banyak terjadi kecelakaan,” jelasnya. Maka, Desi mengharapkan, karyawan Jasa Marga dapat memahami perbedaan situasi di Jalan Tol Japek dan Trans Jawa bahwa keselamatan pengendara menjadi hal sangat penting. Dalam kesempatan ini, Desi juga menyoroti rest area-rest area di jalan tol. Keteraturan dan keamanan di rest area juga menjadi isu yang penting diperhatikan. Perlu disosialisasikan bahwa pengendara dalam dua jam harus berhenti dan dalam empat jam harus beristirahat lama. Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengungkapkan manfaat dengan diresmikan tol ini bisa mempercepat perjakan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan angkutan logistik. Namun, tarif yang ditetapkan dianggap terlalu mahal bagi pengemudi truk. ”Mungkin perlu dipikirkan ada subsidi tarif, asal tidak memuat muatan lebih dan berdimensi lebih,” katanya. Djoko mengingatkan, yang harus dihindari pada bulan pertama pengoperasian Tol Trans Jawa adalah keselamatan selama perjalanan. Himbauan bagi pengemudi untuk beristirahat harus terus disuarakan. “Karena menurut pengamatan saya biasanya sebulan pertama pengoperasian tol baru pasti ada kecelakaan,” kata Djoko. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengakui bahwa tarif tol sejauh ini masih dirasa terlalu mahal. Untuk rute Jakarta Surabaya saja, truk-truk kecil golongan 2 dan 3 bisa menghabiskan Rp. 1,2 juta. Sementara truk besar golongan 4 hinga 5 bisa mencapai Rp. 1,8 juta. “Tapi perusahaan yang sensitif waktu tentu akan lebih memilih pakai tol. Tinggal perhitungan soal waktu dan biaya,” jelasnya. Secara umum menurut Kyatmaja para pengussaha truk menyambut baik adanya jalan tol ini. Ia berharap akan lebih banyak kendaraan pribadi golongan 1 masuk tol sehingga jalan nasional lebih sepi dan leluasa untuk lalu lintas truk. Kyatmaja menambahkan pihaknya sudah mengkomunikasikan soal keberatan tarif ke Badan Pengatur Jalan Tol di Kementerian PUPR. “Nanti kita lihat saja hasilnya,” katanya. (jpg)
Sumber: