Kotak Hitam Terdeteksi

Kotak Hitam Terdeteksi

Tiga hari pasca jatuhnya pesawat Lion Air JT-610, ada perkembangan signifikan. Yakni telah mulai terdeteksinya kotak hitam (black box) pesawat naas tersebut. Kapal Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menemukan sinyal ’’ping’’ dari kotak hitam. Untuk memastikan temuan tersebut, dilakukan penelusuran oleh para penyelam dari TNI-AL dan Basarnas. Titik serpihan dengan lokasi yang diduga kotak hitam berjarak sekitar 15 km. ’’Saat ini penyelam terkendala kondisi dasar laut yang berlumpur,’’ kata Deputi Teknologi Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza. Selain itu tingkat visibilitas di dasar laut terbtas dan arus dasar laut lumayan kencang. Lebih lanjut Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M. Ilyah menjelaskan secara rinci koordinat sinyal black box tersebut. Yakni berada di koordinat S 05 48.051 – E 107 07 37.622 dan pada koordinat S 05 48 46 .545 – E 107 07 38.398. Sinyal ping dari kotak hitam itu tertangkap oleh perangkat transponder USBL (ultra-short baswe line) Baruna Jaya 1. ’’Sinyal menunjukkan berada pada kedalaman hampir 30 meter di dasar laut,’’ kata Ilyas yang ikut berada di kapal Baruna Jaya I. Ilyas menceritakan sejak kemarin pagi sudah menurunkan perangkat ping locator untuk melacak sinyal kotak hitam. Perangkat ping locator itu digunakan untuk mendukung perangkat USBL transponder yang akhirnya mendeteksi sinyal kotak hitam. Rencananya setelah sinyal ping dari kotak hitam itu ditemukan, tim akan menurjunkan perangkat remotely operated vehicles (ROV). Perangkat ROV itu digunakan utnuk mendapatkan visual di bawah laut. Kemarin (31/10), empat kapal yang dilengkapi dengan Side Scan Sonar, Multibeam Echosounder, serta Remotely Operated Vehicle (ROV) sudah bisa mendeteksi black box melalui bunyi ping yang memang terpancar dari alat tersebut. ”Sekitar jam tiga tadi kira-kira terdengar pingnya,” ujar Kepala Basarnas Muhammad Syaugi yang baru turun dari KRI I Gusti Ngurah Rai usai meninjau evakuasi, semalam.  Dia bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sejak pagi memantau langsung pencarian korban dan black box serta badan Lion. Syaugi menuturkan diperkirakan lokasi kotak hitam itu sekitar 400 meter barat laut dari lokasi perkiraan awal hilang kontak. Kedalamannya kira-kira 32 meter di bawah laut. Tapi, posisi yang telah diketahui itu harus dipastikan terlebih dahulu dengan ROV. Masalahnya arus laut kemarin begitu deras sekitar 3-4 knot. Sehingga menyulitkan ROV dan penyelam untuk turun ke bawah laut. Kapal yang membawa ROV juga bergeser. ”Kapal yang membawa peralatan tersebut, dengan ROV itu harus lego jangkar,” ungkap Syaugi. Tapi, selain arus yang kencang di sekitar lokasi pencarian itu juga ada pipa bawah laut Pertamina. Sudah ada koordinasi dengan pihak Pertamina untuk meminta izin agar kapal-kapal pencari itu bisa menurunkan jangkar. ”Tadi Pangarmada sudah menelpon kepada pihak berwenang untuk bisa menurunkan jangkar,” imbuh Saugi. Dalam pencarian kemarin, beberapa objek memang sempat terdeteksi dari peralatan yang terpasang di empat kapal pencari. Yakni Kapal Basarnas, Kapal TNI AL KRI Rigel, kapal BPPT, dan kapal Pertamina. Objek yang terdeteksi itu setelah didatangi penyelam ternyata kapal kayu yang terbalik, rangka kapal, dan bubu sepanjang 16 meter. Selain itu, dalam penarian itu juga ditemukan serpihan-serpihan bangkai pesawat terbang. Tapi, belum ditemukan bagian pesawat yang cukup besar. Saat mendeteksi serpihan-serpihan itulah terdektesi Ping Locator. ”Black box itu ada ping yang bisa berbunyi kita berdua (Saugi dan Marsekal Hadi Tjahjanto) mendengarkan itu, tit tit tit, suara itu terdengar,” ungkap dia. Marsekal Hadi menceritakan dia mendengar sendiri bunyi ping tersebut. Menurut dia terdengar dua bunyi. Yang satu agak keras, sedangkan yang lainnya lebih lemah. ”Itu adalah bagian black box mungkin yang satunya tertutup dengan pasir dan sebagainya. Tapi yang jelas suara itu ada, sifatnya semakin dekat semakin kencang,” kata dia. Selain itu, dia juga melihat sendiri dari hasil pantauan ROV ada majalah yang terbuka sendiri saat didekati. Diperkirakan majalah yang biasa tersedia di dalam pesawat tersebut baru saya terlepas dari tempatnya. Hal itu menandakan lokasinya berdekatan dengan badan pesawat yang lebih besar. ”Saya yakin dengan kondisi seperti itu body pesawat ada di sekitar itu dan biasanya kalau pesawat jatuh itu bagian pilsection itu masih kelihatan utuh,” ungkap dia. Dia menuturkan tim pencari akan fokus pada satu titik pencarian. Hanya perlu lego jangkar setelah mendapatkan izin dari Pertamina. Langkah selanjutnya adalah mengangkat badan pesawat. Hadi pun sudah mempersiapkan operasi pengangkatan badan pesawat tersebut. ”Saya sudah mendapatkan izin kepada Menteri ESDM supaya kita bisa mendapatkan crane buck supaya bisa angkat body pesawat itu dengan berat hampir lebih dari 80 ton bisa sampai 100 ton. Mudah-mudahan segera,”  ungkap dia. Direktur Sistem Komunikasi Basarnas Budi Purnama menambahkan pencarian dilakukan selama 24 jam. Pada malam hari, petugas menurunkan ROV untuk melakukan pencarian. Sedangkan penyelam diturunkan bila ditemukan tanda-tanda black box berada. ”Hari ini (kemarin,Red) arusnya cukup kuat 3-4 knot. Tapi visibilitiya (jarak pandang) bagus 4-7 meter,” kata Budi. Sedangkan dua hari sebelumnya, arus bawah laut agak lemah. Tapi jarak pandang kurang dari 4 meter. (jpg)

Sumber: