Pasokan Minyak Sawit untuk B20 Baru 62%
JAKARTA - Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Gandhi Sriwidodo mengatakan bahwa penyaluran fatty acid methyl ester (FAME) ke Pertamina saat ini masih belum optimal. Di mana FAME ini diperlukan untuk memproduksi bahan bakar biodiesel 20% atau B20. Hal ini dia katakan saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, menggelar terkait implementasi biodiesel 20% atau B20. "Jadi, realisasi penerimaan FAME pada bulan September baru 224,6 ribu kiloliter (KL) atau sebesar 62%. Dan untuk purchase order (PO) atau perjanjian penyaluran FAME sebesar 431,6 ribu KL," kata Gandhi di Jakarta, Rabu (26/9). Dia juga memberikan penjelasan, terkait harga FAME saat ini. Menurutnya patokan FAME berdasarkan harga rata rata solar 3 bulan, misal harga Rp8,000 pertamina beli Rp8,000. Di mana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), akan subsidi kalau lebih tinggi dari harga pasar Crude Palm Oil (CPO). Maka akan mengikuti harga solar. "Sekarang harga Rp7,284 per liter, tiap bulan harga PO macam-macam, sesuai harga patokan solar. ESDM yang tentukan itu," jelasnya. Sebelumnya, pemerintah saat ini sedang mencari solusi terkait kendala pasokan implementasi perluasan mandatori B20. Pelaku usaha biofuel berkomitmen mendistribusikan minyak sawit sesuai jadwal. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui, jika implementasi perluasan B20 masih terkendala pasokan distribusi minyak sawit FAME (Fatty Acid Methyl Esters) dari Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BBN) ke Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut dia, selain terkendala distribusi implementasi perluasan B20 juga masih terkendala teknis dan penyimpanan sehingga belum maksimal.(dni)
Sumber: