Abah Engkus dari Pandeglang Dinobatkan Jadi Maestro Budaya

Abah Engkus dari Pandeglang Dinobatkan Jadi Maestro Budaya

JAKARTA – Hari ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan anugerah pada mereka yang mengembangkan kebudayaan. Total ada 51 orang, komunitas, dan daerah yang menyabet penghargaan yang dibagi ke delapan katagori itu. “Sekecil apa pun karya budaya yang dihasilkan oleh seseorang atau pun komunitas kebudayaan, tidak terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat setempat,” kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid kemarin (25/9). Dia mengatakan bahwa seleksi sudah dilakukan sejak Februari lalu. Dari hasil seleksi 40 dewan juri yang dibagi delapan katagori, muncul 51 peraih penghargaan. Satu di antaranya 51 peraih penghargaan itu berasal dari Banten. Dia adalah Kusraeni alias Abah Engkus, warga Kabayan Pandeglang. Engkus dianugerahi penghargaan sebagai Maestro Seni Tradisi atas jasa-jasanya dalam memelihara dan mengembangkan seni tradisi Silat Ibing dan debus Banten. Abah Engkus adalah putra pendekar silat Muhammad Ilyas, pendekar silat kelahiran Pandeglang, 11 Maret 1953. Pada dekade 70-80-an, Aki Ilyas ini kondang sebagai pendekar silat Banten. Kemampuan memainkan silat ini diturunkan pada anak-anaknya diantaranya Engkus, Yuyun dan Mimin. Di bawah gemblengan sang ayah, Engkus usia kecil berlatih dan menggeluti seni tradisional silat dan bergabung dengan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI). Semasa mudanya Engkus pernah menjadi juara umum seni ibing tingkat Jawa Barat, lalu pada tahun 1975 bersama ayahanda dan rombongan PPSI Pandeglang mengikuti Japan Expo di Negeri Sakura itu. Selain menggelar eksibisi pencak silat, disana juga menggelar pertunjukan seni debus Banten. Hingga kini Persatuan Pencak Silat Indonesia, tempat Abah Engkus dan adik-adiknya membina pencak silat tetap mempertahankan seni tradisi Ibing Pencak Silat. Selain Engkus, beberapa nama terkenal juga akan menerima penghargaan diantaranya RJ Katamsi Martohardjo sebagai penerima Kategori Bintang Satyalancana Paramadharma, Ebiet G Ade sebagai Penerima Kategori Bintang Satyalancana Kebudayaan dan Ashadi Siregar Bintang Satyalancana Paramadharma, dan Glen Fredly sebagai penerima kategori pencipta. Sementara Pesta Kesenian Bali akan menerima penghargaan kategori Komunitas bersama Inacraft dan Gerakan Rumah Asuh. Khusus penerima Bintang Budaya Parama Dharma dam Satyalemcana Kenudayaan, tim penyeleksi dari Istana. “Usulan nama dari Kemendikbud,” ungkap Hilmar. Penyerahan penghargaan sudah dilakukan sejak 2012. Yang berbeda dari sebelumnya, penganugerahan kali ini memasukkan katagori anak remaja dan komunitas. Menurutnya hal ini untuk memotivasi agar masyarakat yang peduli terhadap budaya kemendikbud, menurutnya untuk upaya menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap karya budaya masa lampau, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, setiap tahun sejak tahun 2012 menyelenggarakan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi. “Program apresiasi ini sebagai salah satu alat menginternalisasikan nilai budaya,” ungkapnya. Penyerahan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi akan disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud. (jpg/bha)

Sumber: