Karyawan Jadi Target Pengedar
CIPUTAT- Ratusan karyawan Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Porum PPD) pool PPD Ciputat dites urine, Senin (20/3). Tes urine ini dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional yang sekaligus dirangkai dengan sosialisasi anti narkoba.
Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yusa mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari mengawasi pegawai agar terhindar dari bahaya narkoba yang bisa merugikan diri sendiri dan perusahaan. “Staf dan pengemudi atau pramudi PPD dites urine,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (20/3).
Pande menambahkan, tes urin sudah sering dilakukan bagi pramudi, sedangkan sosialisasi anti narkoba pertama diadakan. Menurutnya, lebih dari 500 karyawan PPD yang mengikuti tes urine. “Saya berharap PPD jadi ajang ujicoba dan garis terdepan di bidang angkutan umum melakukan tes utrine,” tambahnya.
Menurut Pande, pegawai PPD setelah dites urine dan terindikasi pakai narkoba, perusahaan memberikan sanksi tegas, yakni pemecatan kerja. “Diharapkan karyawan PPD dapat menjauhi narkoba dan sosialisasi anti narkoba ini bisa menambah pengetahuan lebih detail tentang bahaya narkoba,” tambahnya.
Pria ramah ini menjelaskan, dampak obat dan minuman luar biasa. Tahun 2.000 PPD sempat kolep dan akan dilikuidasi. Belajar dari pengalaman ini, dulu kalau mau ngadap pimpinan pasti mabok duluan. “Itu dulu, kalau sekarang ada karyawan PPD yang pakai narkoba langsung saya pecat,” jelasnya.
Hasil tes urine ini akan keluar dalam tiga hari kedepan. Dengan adanya tes urine ini diharapkan pegawai bisa menjalankan tugas kantor dengan baik dan bagi pramudi bisa membawa penumpang selamat sampai tujuan. “Jika ada pegawai yang pakai narkoba tidak bisa bekerja dengan baik,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur Peran Serta Masyarakat pada BNN Sinta Dame Simanjuntak mengatakan, penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangat memprihatinkan. “Tahun 2015 Presiden RI telah mendeklarikan Indonesia darurat narkoba,” ujarnya.
Sinta menambahkan, berdasarkan data tahun 2015 dari 250 juta penduduk Indonesia sebanyak 4,1 juta menjadi pesakitan. Yakni, 4 juta pecandu narkoba coba-coba dan pecandu kolap. Sedangkan 50 persen penggunanya adalah pekerja. “Peker punya penghasilan jadi mereka bisa bebas beli narkoba,” tambahnya.
Karyawan yang menjadi pengguna narkoba awalnya dirayu dan tidak tahu kalau itu narkoba. Pengedar biasanya menawarkan kepada karyawan dengan iming-iming obat atau vitamin yang menjadikan kerja jadi fokus, tidak cepat lelah. “Kalau untuk sopir pengedar bilang tidak mudah ngantuk. Dan kalau sudah jadi pecandu maka mereka akan beli dan jadi pecandu,” tambahnya.
Menurutnya, faktor lingkungan juga menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba, lantaran anggota keluarga sibuk bekerja. Jika ada satu orang kena narkoba maka seluruh keluarga akan hancur. Dimana isi rumah akan hilang, kerja terganggu dan saling menyalahkan sesama anggota keluarga.
Di lingkungan kerja juga demikian. “Kalau ada karyawan yang pakai narkoba, maka tidak bisa kerja disiplin, saling curiga dan bisa menghancurkan perusahaan,” jelasnya.
Menurutnya ada tiga faktor penyalahgunaan narkoba. Pertama faktor diri, yakni keinginan coba,coba, keinginan senang-senang, keinginan untuk diterima dalam suatu golongan, tidak percaya diri dan pelarian.
Kedua adalah faktor lingkungan, yakni keluarga yang bermasalah, sering kumpul ditempat hiburan dan lingkungan yang bermasalah. Ketiga adalah faktor ketersediaan narkoba. “Yakni mudah diperoleh, modus operandi yang makin canggih, akses internet yang memudahkan informasi narkoba dan bisnis ilegal yang menggiurkan,” tuturnya. (bud)
Sumber: