Mengintip Aksi Helmi Yahya di Diplomat Success Challenge (DSC) ke-9

Mengintip Aksi Helmi Yahya di Diplomat Success Challenge (DSC) ke-9

Meski disibukkan sebagai Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI, presenter dan artis Helmi Yahya tak pernah absen untuk menginspirasi yang muda. Bahkan, melalui Diplomat Success Challenge, Helmi mengajak mereka yang kreatif untuk berusaha. Seperti apa? Kompetisi pencarian wirausaha, Diplomat Success Challenge (DSC) memasuki tahun ke sembilan. Ribuan wirausaha muda unjuk kebolehan menjadi juara. Mereka dinilai dan diberikan pembekalan untuk menjadi wirausaha. Mereka yang beruntung mendapat ilmu langsung dari Helmi Yahya. “Ide saja tidak cukup, perlu bekal ilmu, serta pengalaman praktis,” kata Helmi, salah seorang Dewan Komisioner (Dekom), sekaligus juri dan mentor pada kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) ke-9. Helmi mengemukakan, DSC adalah kompetisi pencarian wirausaha, memperebutkan total hibah modal usaha senilai Rp 2 miliar. Untuk mencari para pemenang, Dekom akan memberikan tantangan kepada peserta DSC, untuk menguji penguasaan aspek strategi dan operasional bisnis, solusi teknis dan inovasi juga kepribadian sebagai pengusaha tangguh. “Asal tahu saja, beberapa di antara mereka itu, ada yang tidak bisa berhitung, sehingga tidak tahu fixed cost (biaya tetap) dan variable cost (biaya tidak tetap) dalam bisnis, misalnya,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negeri, yang juga pemilik gelar master of Professional Accounting dari Universitas Miami itu. Yang pasti, DSC sangat menghargai ide-ide otentik, sehingga ide harus genuine, dan harus memberi manfaat. “Banyak juga mereka yang menjadi socio-preneur dapat menciptakan lapangan kerja,“ ujar pria yang pernah dinobatkan sebagai The Most Powerful Idea in Business 2005 versi Majalah SWA itu. Helmy menemui banyak sociopreneur dari ajang DSC, selain juga melihat ada unsur heroisme dan adventure dari para milenial di sini. Sebutlah Gazan Ghafara, yang telah membawa produk keripik pisang ‘Zanana Chips’ hingga ke Tiongkok. Ketika ditanya mengapa wirausahawan muda seperti Gazan hanya satu di antara seribu wirausahawan lainnya, Helmy menyatakan, wirausahawan pemula, banyak melalui proses jatuh dan bangun kembali dari usahanya. Ada banyak faktor penyebab, seperti dukungan dari orang tua, dan kebanyakan mereka tidak melakukan analisis risiko bisnis dan kegagalan tatkala terjun sebagai pengusaha. “Itulah yang menjadi concern para Dekom,“ tukasnya. Kompetisi dan Jejaring DSC bukan hanya kompetisi, tapi juga jejaring. Para pemenang DSC, dari tahun ke tahun, yang terhimpun dalam Diplomat Entrepreneur Network (DEN), bisa saling berkomuninasi. Bahkan mereka pun bisa berkonsultasi dengan Dekom. “Kami masih sering intensif berkomunikasi, juga membimbing mereka untuk pengembangan bisnisnya. Kami bahkan kerap mengadakan pertemuan berkala saling mendukung usaha satu sama lain,” kata Helmi. Dari hasil pertemuan dan bimbingan itu, Dekom bahkan bersedia membukakan akses pasar mereka. Misalnya Andi Restu Wibowo, grand finalist DSC, Seasons 3, tahun 2012, yang usahanya di bidang produksi pupuk organik dari Blora, Jawa Tengah. Mengetahui kebutuhannya bekerjasama dengan petani mitra. “Kami menjembatani Andi dan para petani cabai mitra binaannya dengan PT Indofood Sukses Makmur,” ungkapnya. Hal yang menjadi perhatian khusus pelaksanaan DSC selama beberapa tahun terakhir menurut Helmi, adalah aneka usaha yang bergerak di bidang pertanian dan kelautan akan lebih diutamakan, karena mereka mampu menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang. Ini menjadi concern para Dekom, mengingat masalah yang dihadapi Indonesia saat ini, adalah semakin sempitnya lapangan pekerjaan, sementara tingkat pendidikan dan keahlian para petani dan nelayan juga masih rendah. “Sesuai tujuan DSC, kami memberi kesempatan kepada kaum muda Indonesia yang berani berwirausaha, sekaligus juga dapat memberi dampak pada lingkungan sekitar,” katanya. (jpg/bha)

Sumber: