Angka Kemiskinan Turun Drastis di Pedesaan
JAKARTA–Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo yakin, 7 tahun kedepan jumlah orang miskin di desa akan lebih sedikit daripada di kota. Eko mengatakan, pada periode Maret 2017 hingga Maret 2018 terjadi penurunan kemiskinan sebanyak 1,82 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 1,2 jutanya berasal dari desa. Sementara penurunan angka kemiskinan di kota lebih lambat. Hanya 520 hingga 580 jiwa. ”Artinya penurunan kemiskinan di desa lebih cepat 2 kali lipat daripada di desa,” kata Eko kepada Jawa Pos kemarin. Eko yakin, kalau akselerasi penurunan kemiskinan di desa ini dipertahankan, secara matematik dalam tujuh tahun ke depan, jumlah orang miskin di desa akan lebih kecil dari jumlah orang miskin di kota. ”Jadi kita akan terus pertahankan tren ini," katanya. Menurut Eko, alokasi dana desa sebesar Rp. 60 triliun pada tahun 2018 lalu adalah salah satu faktor yang mendorong penurunan ini. Tahun depan, Dana Desa akan ditingkatkan hingga Rp. 73 triliun. Eko menjelaskan dalam 3 tahun terakhir dana desa dipakai untuk membangun infrastruktur yang diperlukan oleh desa seperti jalan, pasar, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), irigasi, sarana air bersih, jembatan, polindes, posyandu, Paud, dan MCK. Setelah infrastruktur selesai, banyak desa yang telah mulai menggunakan dana desanya untuk pemberdayaan ekonomi desanya. Seperti membuat bank sampah, desa-desa wisata, pengelolaan paska panen dll yang dikelola oleh BUMDes nya. ”Dan saat ini sudah banyak BUMDes yang pendapatannya lebih besar dari dana desa yang diterimanya,” jelas Eko. Keberadaan BUMDes menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli didesa dan menggerakkan roda perekonomian didesa. Eko menyebut, survey yang dilakukan oleh Dr. Ivanovich Agusta, Sosilogist desa dari IPB, pemerintah hingga April 2018 telah berhasil mengentaskan lebih dari 10 ribu desa tertinggal menjadi berkembang dari target 5000 desa hingga akhir tahun 2019. Ditambah lagi dengan program Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades), dimana terjadi investasi paska panen yang memberikan jaminan pasar bagi masyarakat desa, ini akan lebih mempercepat lagi pengurangan kemiskinan. Dalam program Prukades, tahun ini 148 kabupaten telah berhasil menarik investasi paska panen dari 68 lebih perusahaan swasta baik lokal maupun asing senilai lebih dari Rp 47 T didesa dan Rp 16 dukawasan transmigrasi. Selain kemiskinan, Eko juga berharap bahwa kecepatan pertumbuhan desa bisa mengurangi arus urbanisasi. Meskipun pada dasarnya arus ini tidak bisa dihentikan. “Sekarang dampaknya sudah mulai terasa. Cari asisten rumah tangga, babysitter, sopir semakin sulit,” katanya. Selain itu, menurut Eko semakin banyak desa yang berubah menjadi kota. Semakin sebuah negara maju, semakin banyak orang yang tinggal dikota. Contoh kecilnya adalah daerah transmigrasi telah berkembang menjadi 1100 lebih desa, 400 lebih kota kecamatan, 120 kota kabupaten dan 2 kota provinsi.(tau)
Sumber: