INDONESIA VS UEA, Awas Provokasi

INDONESIA VS UEA, Awas Provokasi

KONTROL emosi kudu dilakukan para pemain timnas U-23 Indonesia saat melawan Uni Emirat Arab (UEA) sore ini. Tipikal pemain UEA, kerap memancing emosi lawan. Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla telah banyak membagi pengalamannya ketika melatih di UEA pada 2013 lalu. Tepatnya di klub Al Jazira. Dari situ, satu hal yang wajib diwaspadai adalah bagaimana pemain lawannya itu sangat bagus memancing emosi lawan-lawannya. ’’Jadi anak-anak harus bisa kontrol emosi. Semangat tetap dijaga dan harus sangat berhati-hati,’’ jelas asisten pelatih Bima Sakti. Seringnya UEA memancing emosi lawannya terbukti dalam laga uji coba melawan Malaysia pada 10 Agustus lalu. Berawal dari pemain Uni Emirat Arab bernama Mohamed Khalfan Al Harasi yang bersitegang dengan pemain Malaysia Adib Zainudin. Kerusuhan antara kedua tim terjadi. Adu jotos hingga ruang ganti pun tidak terhindari. Karena itulah, Milla terlihat sangat berhati-hati dalam menyiapkan timnya. Beberapa kali, ada diskusi yang dilakukannya pagi kemarin di lapangan. Terutama kepada pemain-pemain senior seperti Lilipaly dan Beto. ’’Tidak ada yang penting. Hanya ngobrol biasa saja. kan pas pertandingan (24/8) itu satu bulan tim ini berkumpul sejak TC. Jadi Milla ingin kekompakan tetap terjaga saja,’’ ucapnya. Intinya, mantan gelandang timnas itu mengatakan Milla meminta anak asuhnya untuk benar-benar fokus di pertandingan. Fokus di strategi yang sudah dilatih, tanpa harus melihat bagaimana lawannya. ’’Jangan terpancing, harus bermain maksimal,’’ jelasnya. Terlebih, sejumlah pemain pilar Timnas Indonesia sudah mengantongi kartu kuning. Ada enam pemain Garuda Muda yang telah mengantongi satu kartu kuning. Mereka adalah kiper Andritany Ardhiyasa ketika melawan Taiwan (12/8), Saddil Ramdani saat menghadapi Palestina (15/8), serta Stefano Lilipaly, Febri Hariyadi, Hansamu Yama, dan I Putu Gede Juni Antara tatkala melawan Hongkong (20/8). Kebetulan, mereka semua merupakan pemain reguler. Efeknya akan mengurangi kekuatan Indonesia U-23 saat lolos ke babak berikutnya apabila kembali terkena kartu kuning sore nanti. ’’Kami telah meminta anak-anak untuk tenang dan tidak mudah terprovokasi. Jaga spirit dan hati-hati,’’ kata Bima Sakti. Bima menilai, mereka tidak bisa mengendalikan soal kartu kuning. Di lapangan, pemain lebih berperan. Karena itu, tugas staf pelatih ialah mengingatkan. ’’Untungnya, di tim semua pemain sama. Apabila memang ada yang harus digantikan, penggantinya juga harus siap,’’ jelasnya. Lilipaly mengakui bahwa satu kartu kuning yang dikantonginya bakal berpengaruh kepada cara bermainnya sore nanti. Sebab, satu kesalahan fatal bisa membuatnya absen pada perempat final. ’’Ya saya akan hati-hati, tapi tetap mencoba bermain dengan hati. Saya tidak akan mengendurkan sedikit pun perlawanan,’’ paparnya. Senada dengan itu, Putu Gede mengatakan, meski dihantui akumulasi kartu, dirinya tidak akan bermain setengah-setengah. Tetap mencoba tenang dan menjalankan instruksi pelatih dengan baik. ’’Semoga suporter juga memberikan dukungan total kepada kami. Dukung kami terus,’’ ujarnya. (rid/c4/ham)

Sumber: