Mengerucut Satu Nama, Sosok Mahfud MD Mulai Menguat
JAKARTA – Siapa calon wakil presiden (Cawapres) Joko Widodo? Semua partai politik (Parpol) menunggu kepastian nama pendamping mantan Gubernur DKI Jakarta pada Pilpres 2019 mendatang. Sepuluh nama pun muncul, namun kabarnya hanya tinggal satu nama yang ada di tangan incumbent. Sosok mantan Ketua MK Mahfud MD pun mulai menguat. Adalah PPP yang menyampaikan ada 10 nama cawapres yang sekarang berada di kantong Jokowi. Sekjen PPP Arsul Sani menyebut nama-nama yang masuk daftar cawapres Jokowi. Yaitu, Mahfud MD, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur NTB TGB M Zainul Majdi, Mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Ketua MUI Ma’ruf Amin, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Menkopolhukam Wiranto. “Kalau PPP yang diambil Alhamdulillah. Nggak diambil juga Alhamdulillah,” kata Arsul saat ditemui di gedung DPR kemarin (10/7). Menurut dia, partainya tidak mempersoalkan jika Romi, sapaan M Romahurmuziy tidak dipilih menjadi cawapres. PPP, lanjutnya, akan tetap mendukung Jokowi pada pilpres mendatang. Namun, pihaknya akan menitipkan program-program keumatan yang akan menjadi kontrak politik antara PPP dengan Pemerintahan Jokowi pada periode berikutnya. Tapi, dia tidak menyebutkan program apa saja yang akan dititipkan ke mantan Walikota Solo itu. Bagaimana dengan peluang Muhaimin Iskandar? Jazilul Fawaid, Wasekjen DPP PKB mengatakan, pihaknya masih terus berjuang sesuai dengan mandat partai, yaitu Muhaimin sebagai cawapres Jokowi. Pihaknya sudah membentuk Jokowi - Muhaimin alias Join. “Tapi, sekarang muncul tebak-tebakan calon yang katanya berada dalam saku Jokowi,” ucap dia saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan kemarin. Legislator asal dapil Lamongan – Gresik itu menegaskan, partainya tidak terpengaruh dengan tebak-tebakan itu. Pihaknya tetap yakin dengan pasangan Join. Menurut dia, PKB percaya dengan Jokowi. Dia selalu positive thinking dan tidak akan terpengaruh dengan isu yang berkembang di luar. Dalam minggu-minggu kepastian cawapres kemungkinan akan diputuskan. Ia yakin Muhaimin akan terpilih. Daniel Johan, Wasekjen PKB mengatakan, partainya sudah bekerja keras untuk mengusung Join. Komunikasi dan lobi-lobi politik terus dilakukan terhadap partai koalisi pemerintah. “Agar koalisi semakin kompak dan solid,” ungkap dia. Pendekatan dengan rekan koalisi semakin gencar dilakukan. Selain itu, tutur dia, partainya juga terus membentuk Posko Join. Saat ini, sudah mencapai lebih dari 25 ribu posko. Dia menargetkan terbentuk minimal 50 ribu posko se-Indonesia. Target tersebut harus tercapai pada bulan ini. Tim Join pun terus bekerja membentuk pos pemenangan. Partai Golkar juga berupaya agar ketua umumnya menjadi cawapres. Namun, Partai Golkar juga tidak melihat posisi cawapres sebagai harga mati yang harus direbut. Ketua DPP Partai Golkar Sarmuji menyatakan, Partai Golkar juga menyiapkan opsi lain apabila tidak mendapat posisi cawapres. “Kami sudah menyiapkan langkah antisipasi, tentu tidak bisa kami sampaikan di muka umum,” ujar Sarmuji di gedung parlemen, Jakarta, kemarin. Menurut Sarmuji, jika Partai Golkar tak mendapat posisi cawapres, bisa saja opsinya tetap mendukung Jokowi. Namun, Partai Golkar meminta adanya negosiasi tertentu yang terlebih dahulu dibicarakan di internal beringin. “Negosiasi politik banyak bukan cawapres saja, tapi ada menteri ada jabatan-jabatan politik yang lain banyak sekali semuanya bisa dinegosiasikan asal bisa musyawarah,” ujarnya. Menurut Sarmuji, posisi cawapres pendamping Jokowi memiliki posisi krusial. Figur yang dipilih juga tidak hanya yang mendongkrak elektabilitas Jokowi, tapi juga menentukan masa depan koalisi. “Kami berharap koalisi tetap utuh,” ujarnya. Meski begitu, Sarmuji menegaskan bahwa pernyataannya bukan terkait evaluasi posisi Partai Golkar terhadap Jokowi. Menurut dia, keputusan mendukung Jokowi merupakan keputusan organisasi Partai Golkar. “Untuk mengevaluasi harus butuh tahapanya juga bersama-sama koalisitas pengabdian keputusannya dan sampai sekarang belum ada rencana Golkar untuk mengevaluasi,” ujarnya. Eva Kusuma Sundari, anggota DPR dari Fraksi PDIP mengatakan, cawapres Jokowi sudah mengerucut pada satu nama. Tapi, dia tidak tahu siapa satu nama yang berada di kantong Jokowi. Saat disebut nama Mahfud MD, Eva mengaku belum tahu. “Hanya ketum (Megawati Soekarnoputri) dan Jokowi yang tahu,” ucapnya singkat. Hal senada juga disampaikan Taufiqulhadi, Dewan Pakar DPP Partai Nasdem. Menurut dia, kabar terakhir yang dia terima, Jokowi sudah memutuskan satu nama. Keputusan itu sudah disampaikan kepada para ketua umum partai. Namun, anggota Komisi III itu juga enggan menyebut sosok yang menjadi pilihan Jokowi. “Ya, salah satu dari 10 nama yang disebut-sebut,” ungkap dia. Politikus Partai Golkar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa satu nama yang sekarang berada di kantong Jokowi adalah Mahfud MD. Legislator yang mengaku dekat dengan Jokowi itu mengatakan, sekarang tinggal pengumuman yang akan disampaikan Jokowi. “Mahfud MD yang dipilih. Kita tunggu pengumumannya,” ucap dia kepada Jawa Pos kemarin. Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan mengaku belum tahu siapa yang akan menjadi cawapres. Namun sah-sah saja jika menerka cawapres yang dipilih Jokowi. ”Prof Mahfud (Mahfud MD, red) bagus, Pak Din (Din Syamsuddin, red) bagus, TGB (Tuan Guru Bajang Zainul Majdi, red) bagus, BG (Budi Gunawan, red) juga bagus,” kata Zulkifli. Zulkifli menyebut, nama-nama yang dia sebut hanya sebatas terkaan. Tentu saja apa yang dipilih Jokowi nanti bisa saja meleset. Namun, Zulkifli menyatakan menghargai apapun pilihan Jokowi nanti. “Terserah pak Jokowi, yang manapun kami hormati,” ujarnya. Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin mengatakan, Jokowi akan mengkomunikasikan pilihannya dengan semua partai koalisi. Sehingga, semua partai diharapkan bisa saling mamah is satu sama lain. “Bahwa semua Parpol yang berkoalisi, beliau akan mengkomunikasikan dengan baik, dengan tata cara sebagai orang Solo,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta. Ngabalin yakin, Jokowi mampu dan paham tata cara membangun komunikasi yang harmonis. Mengingat, hal itu bukan yang pertama kalinya dilakukan presiden. “Beliau mengerti seperti apa mendatangi para pimpinan parpol untuk menetapkan dan mengumumkan, saya yakin,” imbuhnya. Terkait siapa sosok cawapres yang sudah ada di kantong Jokowi, Ngabalin masih enggan membuka suara. Dia hanya menegaskan jika sosok yang dipilih akan sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan bangsa. Terlepas apakah dari partai atau non partai. “Beliau terbiasa waktu menjabat sebagai wali kota, sebagai gubernur, dan Presiden di periode pertama. Beliau matang dan sangat mengerti siapa dan mana mahluk dalam tanda kutip, kawan-kawan tokoh terbaik yg bisa beliau pilih jadi calon wakil presiden,” tuturnya. Tidak hanya publik yang penasaran dengan sosok cawapres Jokowi. Partai Demokrat pun demikian. “Kami ingin tahu siapa yang dipilih pak Jokowi sebagai cawapresnya, begitu pula yang dipilih pak Prabowo sebagai cawapresnya,” ujar Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat ditemui di kediamannya kemarin. Dia yakin rakyat dan semua parpol sedang menunggu siapa yang akan dipilih oleh kedua tokoh tersebut untuk bertarung dalam pilpres tahun depan. “Penglihatan saya sebagai veteran capres, memang yang akan mengubah keadaan nanti bila baik pak Jokowi maupun pak Prabowo mengumumkan siapa cawapresnya,’’ lanjut mantan Menkopolsoskam itu. Ketika Jokowi dan Prabowo mengumumkan cawapres, SBY yakin permainan akan berubah. “Politik akan sangat dinamis, dan mungkin tanggal 9-10 (Agustus) itu puncaknya,’’ tutur SBY. Apalagi bila Jokowi dan Prabowo mengumumkan cawapresnya di saat-saat akhir itu. maka hanya ada waktu 2x24 jam bagi partai lain termasuk Demokrat untuk bersikap. Yang jelas, lanjut SBY, partainya sudah siap dan sudah menyiapkan beberapa opsi. Karena itu, apapun kondisinya, meskipun mepet, partai Demokrat akan tetap bisa menentukan pilihannya. Sejak Senin (9/7) lalu, dia sudah bersidang dengan Majelis Tinggi Partai Demokrat yang dilanjutkan pertemuan dengan ketua-ketua DPD dari seluruh Indonesia kemarin. Semua opsi yang ada sedang dibahas, termasuk kriteria dan mekanisme. Pertemuan akan sampai pada satu titik di mana demokrat akan mengusung capres dan cawapres. Masih ada waktu satu bulan sampai 10 Agustus mendatang. “Saat ini Demokrat tidak punya calon presiden,” tambah Presiden ke-6 Republik Indonesia itu. (jpg/bha)
Sumber: