Awal Ramadan, Harga Pangan Mulai Bergejolak
JAKARTA – Memasuki bulan Ramadan, harga sejumlah bahan pangan mulai merangkak naik. Komoditas seperti cabai, bawang putih, bawang merah, ayam, dan lain-lain dibanderol lebih mahal dari biasanya oleh para pedagang. Tahun ini pemerintah dinilai kurang maksimal dalam mengantisipasi datangnya Ramadan sehingga pergerakan harga sejak seminggu terakhir sudah menunjukkan peningkatan. Dari pantauan Jawa Pos di beberapa pasar kemarin (16/5), harga bawang merah dan putih kompak membengkak dibanding hari-hari normal. Bawang merah dijual dengan harga sekitar Rp 40.000 per kilogram. “Seminggu lalu harganya masih sekitar Rp 35.000, ini harga dari pemasok juga naik makanya kita ikutan naik,” ujar Hari, salah satu pedagang. Hal yang sama juga terjadi di komoditas bawang putih. Bawang putih naik cukup tajam di pasar turunan hingga mencapai 30 persen dari harga sebelumnya. Di samping itu, harga daging ayam juga masih menunjukkan harga yang lebih tinggi dari harga biasanya. Harga ayam di kedua pasar di atas berkisar pada harga Rp 40.000 per kilogram. Sementara harga normal seharusnya berkisar pada harga Rp 32.000 – 35.000 per kilogram. Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Abdullah Mansuri menyimpulkan bahwa pemerintah belum cukup maksimal dalam mempersiapkan Ramadan tahun ini. “Tahun lalu padahal persiapan sudah cukup baik. Dua bulan sebelum bahkan Kementerian Perdagangan sudah rajin menggelar rapat dengan perwakilan pedagang dan melakukan MoU dengan sejumlah pemasok,” ujar Mansuri. Menurut Mansuri, kenaikan harga pangan erat kaitannya dengan suplai dan demand. Yang menjadi permasalahan, lanjut Mansuri, pemerintah belum kunjung memperbaiki pemetaan data produksi komoditas-komoditas penting. Sehingga, pemerintah tak dapat memonitor jumlah produksi, aktivitas distribusi, dan kemana saja hasil produksi tersebut diperdagangkan. “Walaupun terlambat untuk sekarang ini, tiga hal tersebut perlu dikejar. Pemerintah harus tahu berapa data produksi, berapa kebutuhannya, dan memastikan distribusi aman,” beber Mansuri. Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko menyebutkan kenaikan harga ayam dan telur di tingkat konsumen masih ada kaitannya dengan pelemahan Rupiah yang dialami Indonesia. “Harga sekarang naik karena banyak kasus gagal produksi dan karena harga pakan yang naik akibat Dollar yang naik signifikan,” ujar Singgih. Singgih mengatakan bahwa harga ayam dan telur akan segera normal kembali memasuki pertengahan bulan Ramadan dimana serapan juga akan turun. Selain itu, diharapkan kondisi Rupiah segera stabil sehingga produksi ayam dan telur membaik. Sementara itu, saat dikonfirmasi Kementerian Perdagangan belum mau membeberkan secara detil antisipasi langkah yang akan diambil. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti hanya menegaskan bahwa pihaknya akan mengawasi pergerakan harga. “Kita akan pantau terus dan lakukan penetrasi pasar,” ujar Tjahya singkat. (jpg/bha)
Sumber: