Simpang Susun Cikande Minim Pengguna

Simpang Susun Cikande Minim Pengguna

SERANG – Jalan Simpang Susun (Interchange) Cikande di Desa Julang, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang baru saja diresmikan beberapa pekan lalu. Namun, keberadaan pintu masuk dan keluar Tol Tangerang-Merak itu masih kurang diminati oleh masyarakat.Kendaraan yang masuk atau keluar lewat pintu tol Cikande itu masih minim. Humas Pengelola jalan tol Serang-Jakarta Astra Infra Toll Road (AITR), Indah Permatasari mengatakan bahwa tiap harinya, rata-rata jumlah kendaraan yang keluar-masuk pintu tol Cikande rata-rata hanya mencapai 3.100 kendaraan. Angka tersebut masih tergolong rendah, sayangnya dia tidak menyebutkan angka yang dinilai tingi. “Kalau segitu angkanya masih rendah, itu data sejak pembukaan interchange sampai tanggal 6 Mei kemarin ya,” katanya kepada wartawan saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler, Senin (7/5). Dia mengaku belum mengetahui faktor apa yang menyebabkan kurangnya peminat dari pengguna jalan itu, dibutuhkan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui hal tersebut. “Kita masih analisa dan pantau terus soalnya ini baru beberapa hari,” ujarnya. Sementara itu, salah satu Pengurus Organisasi Angkutan Daerah (Organda) Banten, Asmuni mengatakan bahwa mobil angkutan dari Serang tidak melewati pintu tol Cikande lantaran para penumpang yang tidak menginginkannya. “Kalau dari Serang gak mungkin ada lah, siapa yang mau penumpangnya dibawa ke situ. Dari Serang pasti lurus kalau ke situ gak bakal laku,” katanya. Ketua Organda Banten, Mustagfirin mengatakan bahwa saat ini, para pengendara angkutan umum lebih sering melewati pintu tol Serang Barat dan Serang Timur sehingga wajar bila pintu tol Cikande masih kurang diminati. “Sebagian juga ada yang lewat pintu tol Cikande. Kalau itu sesuai kebutuhan, paling yang dari Rangkas yang menggunakan itu,” ujarnya. Ia menilai AITR selaku pengelola jalan tol Serang-Tangerang memberikan pelayanan yang kurang maksimal. Selain itu tarif tol itu pun dianggap terlalu mahal. “Harusnya yang dikedepankan itu pelayanan. Kalau bayarnya mahal kita mempertanyakan pengelolaannya sampai mana,” ungkapnya. Menurut dia, pada Kilometer (Km) 43 sampai 47 kontur jalannya miring dan bergelombang sehingga tak heran bila di tempat tersebut banyak terjadi kecelakaan lalulintas (laka lantas). “Kalau sepi, layanan harus ditingkatkan. Kasihan konsumen karena di situ sering terjadi laka lantas. Maka dengan itu kami kategorikan pengelolaan terburuk mungkin di seluruh Indonesia, makanya saya minta agar ada perbaikan,” ujarnya.(mg-03/tnt)

Sumber: