Nilai UN SMA/SMK Menurun, Integritas Siswa Terus Meningkat
JAKARTA – Kemendikbud telah memberikan hasil hasil ujian nasional (UN) jenjang SMA dan SMK ke seluruh daerah. UN 2018 hasilnya menurun dibanding 2017 dan 2016. Kamis (4/5) nilai UN akan diumumkan kepada siswa. Mendikbud Muhadjir Effendy membenarkan penurunan nilai rata-rata UN secara nasional. "Kalau dari skor, turun," katanya saat ditemui di kantor Kemendikbud, kemarin. Meksi demikian, ia menyebut hasil UN tersebut dibarengi hal positif. Yakni, kenaikan integritas siswa selama pelaksanaan ujian. "Dari segi integritas, kan jadi seratus persen," tegasnya. Menurutnya, nilai plus itu diperoleh lantaran persentase penyelenggaraan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) naik signifikan. Salah satu daerah yang mengalami penurunan nilai UN adalah Jawa Timur. Bukan hanya itu. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ujian di bawah 55 juga bertambah. Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim menyebutkan, kondisi itu disebabkan sulitnya soal yang disusun Kemendikbud. Kondisi tersebut diperparah ketidaksiapan tenaga pendidik. "Karena itu, hasil ini akan menjadi bahan evaluasi kami agar tahun depan lebih baik," kata Kepala Dispendik Jatim Saiful Rahman. Dari paparan yang disampaikan Dispendik Jatim, hasil kurang memuaskan terjadi di hampir semua sektor. Misalnya, di jenjang SMK, rata-rata nilai per mata pelajaran (mapel) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Yang paling drastis adalah matematika. Pada UN tahun ini, nilai rata-rata bidang studi yang dianggap paling sulit itu hanya 34,40. Hasil itu lebih rendah daripada UN tahun lalu yang masih mencapai 37,72. Situasi hampir sama terjadi di jenjang MA. Matematika masih jadi bidang studi yang paling sulit. Yakni, rata-rata nilai yang diperoleh 33,34. Angka itu jauh merosot bila dibandingkan dengan tahun lalu 41,12. Jumlah siswa yang memperoleh rata-rata nilai UN di bawah angka 55 juga sangat tinggi. Dari total peserta UN se-Jatim yang mencapai 493.300 siswa, total peserta ujian yang nilainya di bawah 55 mencapai 78,88 persen. Jumlah itu lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya 55,41 persen. "Tingkat kesulitan soal cukup tinggi. Bahkan, banyak soal yang di luar perkiraan guru-guru," kata Saiful tentang penyebab turunnya nilai. Sebenarnya, kata Saiful, persiapan para siswa maupun guru dalam menghadapi UNBK sudah cukup maksimal. Selain berlangsung lama, dispendik berkali-kali menggelar tryout. Meski demikian, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi atas hasil ini. Salah satunya berkaitan dengan ketidaksiapan para tenaga pendidik. Bahkan, dispendik berencana mengevaluasi kinerja para guru pascahasil tersebut. "Yang pasti, evaluasi itu untuk perbaikan," katanya. Senada, Kabid Pembinaan SMA Dispendik Jatim Etty Prawesti menyatakan, hasil ujian itu menunjukkan bahwa kemampuan para tenaga pendidik perlu di-upgrade lagi. "Terutama untuk guru mapel. Sehingga, soal yang diajarkan ke siswa bisa lebih variatif," katanya. Meski tak memengaruhi kelulusan, dispendik memastikan para siswa yang merasa nilainya terlalu rendah tetap bisa memperbaiki. "Nanti ada ujian perbaikan. Untuk waktu dan tempatnya, akan ditetapkan Kemendikbud," kata Etty. (jpc/mas)
Sumber: