Demokrat Tebuka Buat Gatot
JAKARTA-Nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo semakin ramai disebut-sebut sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) 2019. Bagaimana kans Gatot untuk diusung Partai Demokart (PD)? Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan partainya terbuka untuk Gatot dan juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Bahkan, siapa pun yang ikut berkontestasi meramaikan bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. “Ini menarik karena masih ada waktu sampai Juli. Komunikasi politik Partai Demokrat dengan siapa saja masih terus berlangsung termasuk dengan calon-calon yang baru muncul,” kata Hinca di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/4). Menurut Hinca, paling tidak nama Anies sudah populer di DKI Jakarta. Sedangkan Gatot, kata dia, namanya populer sebagai panglima TNI. “Kita semua tahu nama beliau menonjol, dan angka survei signifikan,” ungkap anggota Komisi III DPR itu. Hinca menambahkan sampai saat ini Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga masih keliling di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, maupun Banten. Komunikasi politik juga masih terus dilakukan. “Dan ini terus kami lakukan,” tegas Hinca. Sementara itu, Pengamat politik Ujang Komarudin menilai kecil kemungkinan Prabowo Subianto bakal berpasangan dengan Gatot Nurmantyo di Pilpres 2019. Pasalnya, baik Ketua Umum DPP Partai Gerindra maupun Gatot sama-sama berlatar militer. Prabowo tercatat pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus. Sementara Gatot sebagai Panglima TNI. "Kemungkinan itu selalu ada dan di politik tidak ada yang tidak mungkin. Namun sepertinya sulit karena memiliki kekurangan. Mereka sama-sama dari militer," ujar Ujang kepada JPNN, Selasa (3/4). Menurut Ujang, kesamaan latar belakang akan merugikan dari sisi keragaman elektabilitas. Selain itu, ada kecenderungan Prabowo bakal merangkul cawapres yang didukung penuh oleh parpol. Sementara Gatot diketahui bukan tokoh parpol. "Prabowo kan enggak mungkin maju hanya didukung oleh Gerindra. Karena itu ada kecenderungan memilih cawapres yang didukung parpol tertentu," ucapnya. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengamini, muncul tren lebih mengutamakan elektabilitas daripada faktor Jawa-luar Jawa, sipil-militer atau nasionalis-Islam dalam mengusung pasangan capres-cawapres. Namun, dari sisi elektabilitas, nama Gatot juga belakangan tidak begitu moncer. Karena itu peluangnya berpasangan dengan Prabowo cukup kecil. (jpc)
Sumber: