Sukma Didesak Meminta Maaf
JAKARTA-Puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul Ibu Indonesia dinilai sejumlah kalangan mengandung unsur penistaan agama. Karena itu, Sukmawati (Sukma) disarankan segera meminta maaf terkait kontroversi puisinya itu. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) MPO Zuhad Aji Firmantoro, meminta maaf penting untuk mengklirkan suasana. "Saya kira lebih elok Sukmawati mengakui kesalahan dan menyampaikan permohonan maaf supaya kegaduhan tak berlanjut," ujar Zuhad di Jakarta, Selasa (3/4). Menurut Zuhad, putri Proklamator RI Bung Karno tersebut memang menyatakan puisi berjudul 'Ibu Indonesia' yang dibacakan pada acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018, tidak bermaksud melecehkan Syariat Islam. Namun faktanya, sebagian umat Islam merasa tersinggung. Bahkan secara pribadi Zuhad mengaku merasa terusik dan tersinggung. Karena budaya dan agama tak semestinya dibenturkan. Meski demikian, Zuhad mengimbau umat Islam tidak terprovokasi dan menanggapi puisi itu dengan hal yang berlebihan. Apalagi Indonesia akan menghadapi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. "Hati-hati, jangan sampai isu ini digoreng dan dimanfaatkan oknum tertentu untuk kepentingannya di tahun politik ini," pungkas Zuhad. Guruh Soekarnoputra ikut mengomentari polemik puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul Ibu Indonesia. Guruh mengajak masyarakat untuk melihat puisi tersebut secara bijaksana. Pria kelahiran 13 Januari 1953 itu meminta siapa pun agar memandang puisi Sukmawati dengan kacamata yang positif, walaupun pemaknaan puisi dapat dikatakan bebas. "Ya, yang kita inginkan adalah kita semuanya berpikir jernih. Berpikir dan berbuat bijaksana dalam segala hal," ujar Guruh di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (3/4). Tidak dimungkiri, Guruh melihat berbagai respons positif maupun negatif yang ada di pemberitaan dan sosial media. Namun, dirinya menyatakan bahwa isi dari puisi Sukmawati tersebut tidak ada aspek dengan maksud menyinggung SARA. "Ya saya melihat terjadi reaksi-reaksi. Itu kan akhirnya sangat relatif tergantung dari persepsi kita. Ya persepsi orang bermacam-macam," jelasnya. "Kalau saya bisa mengerti isinya, maksudnya apa, saya bisa mengerti. Artinya bukan SARA," tambah Anggota Komisi Pendidikan DPR tersebut. Belum lama ini, Guruh pun mengakui bahwa dirinya sempat bertemu dengan Sukmawati. Meski pertemuan itu bukan dalam hal mengonfirmasi masalah puisi, melainkan dalam kepentingan melayat. (jpc)
Sumber: