Siswi SD di Padarincang Suspect Difteri

Siswi SD di Padarincang Suspect Difteri

SERANG  - Seorang siswi sekolah dasar (SD) di Kampung Begog, Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang bernama Novitasari (10 tahun) dinyatakan suspect (diduga) difteri. Siswi kelas III itu sekarang diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang sejak Minggu (18/3). Kepala Puskesmas Padarincang, Lilis Nurliani mengatakan pihaknya mengetahui hal tersebut pada Jumat (16/3). Anak itu kemudian dibawa ke ruang isolasi RSUD. Meski demikian, pihaknya belum mengetahui hasil isolasi tersebut. “Dua minggu ke depan kita baru mengetahui hasilnya, karena isolasi tersebut selama dua minggu. Dari situ, kita akan mengetahui positif atau tidaknya pasien itu,” katanya saat ditemui Tangerang Ekspres di rumah pasien, Selasa (20/3). Menurut dia, awalnya anak tersebut mengalami sakit tenggorokan dan demam, lalu dibawa ke dokter terdekat namun kondisi anak tersebut tidak membaik. Khawatir dengan kondisi tersebut, pihak keluarga membawanya ke rumah sakit swasta. Hasilnya dari rumah sakit tersebut menyatakan anak tersebut suspect difteri. “Dengan hasil foto dari rumah sakit itu, akhirnya anak itu dikirim ke RSUD ke ruang isolasi,” ujarnya. Ia mengatakan saat ini sudah ada tiga kasus yang positif difteri di Padarincang. Bila ditemukan suspect difteri pihaknya langsung mengadakan pelacakan di sekitar keluarga terdekat untuk memutus rantai penularan penyakit tersebut. “Penanganannya sesuai dengan SOP yang berlaku. Selain itu juga kita lakukan ORI (outbreak response immunization) karena sudah masuk pada putaran kedua,” paparnya. Dia juga mewajibkan kepada masyarakat agar melakukan imunisasi, terutama bagi anak yang berumur 1 hingga 19 tahun, terlebih ORI tersebut gratis. ORI dilakukan sebagai salah satu cara untuk melawan difteri dengan imunisasi itu. “Penularannya (difteri) lewat percikan, lewat nafas. Salah satu jalannya yaitu harus diimunisasi, lewat udara, terutama imunisasi dasar yang banyak menolong. Yang sudah bisa tertolong difteri itu karena imunisasi dasarnya lengkap, tapi kalau yang tidak sama sekali harapannya tipis,” ungkapnya. Di tempat yang sama, Kepala Seksi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, Dadang Supriatna mengatakan hingga Maret 2018, kasus difteri di Kabupaten Serang mencapai 47 kasus. “Di tahun 2017, ada 31 kasus dengan positif difteri tiga kasus, sementara di tahun 2018 ada 16 kasus dan yang positif dua orang,” katanya. Dia mengatakan tiga orang yang positif difteri pada tahun 2017 meninggal dunia. Sementara, dua orang kasus positif di tahun 2018 telah sembuh total. “Yang tiga itu kan yang di Tanara, anak UIN Jakarta, kemudian Jawilan tidak sempat diperiksa sudah meninggal duluan dan yang ketiga ini di Padarincang. Sementara, tahun 2018 alhamdulillah sembuh dan mudah-mudahan yang ini juga sembuh,” ujarnya. Dia menjelaskan ORI pada anak dilakukan dengan jumlah sasaran 526.344 jiwa atau setara dengan 30 persen jumlah penduduk di Kabupaten Serang. Ada lima tahap tata laksana difteri meliputi tata laksana kasus, tata laksana kontak, ORI, perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS), dan imunisasi rutin. “Tata laksana satu, kalau ada difteri dari puskesmas dirujuk ke rumah sakit. Kedua, tata laksana kontak, kayak tadi, ngambil sempel, siapa orang tuanya, untuk meminimalisir penyebaran lebih luas dan pemberian obat untuk memutuskan rantai penularan lebih jauh. Kenapa harus PHBS itu karena bakteri difteri lebih berkembang biak di tempat penduduknya yang padat, kumuh, anak yang kebersihannya tidak terjaga atau jorok,” paparnya. (mg-03/tnt)

Sumber: