Atletico Madrid vs Leicester City Penentuan Status Raja
MADRID – Filosofi Cholismo jadi kunci sukses Atletico Madrid di domestik dan Eropa. Lewat filosofi itu, Atletico memiliki kekuatan pertahanan yang kokoh dan serangan balik cepatnya. Di sisi lain, kekuatan itu juga yang menjadi modal sukses Leicester City saat mengejutkan Premier League musim lalu dan Liga Champions musim ini.
Nah apa jadinya apabila kedua rajanya counter attack ini saling bertemu? Siapakah yang layak disebut rajanya counter attack? Itu yang akan terjawab saat keduanya saling bentrok pada leg 1 perempat final Liga Champions di Vicente Calderon, Madrid dini hari nanti WIB. (Siaran Langsung beIN Sports 2 pukul 01.45 WIB).
"Leicester sama seperti kami," sebut penyerang Atletico Antoine Griezmann seperti yang dikutip Tribal Football. Di Liga Champions musim ini, Atletico dan Leicester masuk dalam top four klub terbaik pertahanannya. Dibandingkan kontestan perempat final Liga Champions yang lain, total kebobolannya termasuk lebih sedikit.
Los Rojiblancos – julukan Atletico – baru bobol empat gol sejak fase grup. Sementara di sisi lain Leicester kebobolan delapan gol. Cuma, di Madrid, jangan harap Leicester bisa dengan mudah menembus gawang Jan Oblak. Dari empat laga kandangnya, Atletico hanya sekali bobol gawangnya.
Grizi – sapaan akrab Griezmann – dalam wawancara kepada The Sun menolak anggapan jika timnya mendapat lawan mudah dengan dipertemukan melawan Leicester. Menurutnya, The Foxes – julukan Leicester – punya potensi menyulitkan Atletico. Ingat, di 16 Besar mereka bisa menyingkirkan Sevilla setelah mencetak gol pada leg pertama di daratan Spanyol.
Apalagi, saat ini dengan di tangan Craig Shakespeare permainan Kasper Schmeichel dkk kembali ke bentuk terbaiknya seperti musim lalu. Tetap dengan formasi 4-4-2, Leicester saat ini bermain lebih rapat antara lini pertahanan dan lini tengahnya. "Cara main yang sama, spirit-nya di setiap laga pun seperti kami, mereka akan jadi lawan sulit, sungguh," lanjutnya.
Kekalahan pertama Leicester di tangan Shakes – sapaan akrab Shakespeare – pada akhir pekan lalu (9/4) 2-4 atas Everton bisa jadi acuan Atletico. Terlepas dari lima pergantian pemain di starting eleven yang dilakukan Shakes, ada kelemahan mendasar dari pertahanan Leicester di laga itu yang kelihatan mencolok.
Ya, itu dari lemahnya kuartet pertahanan mereka dalam mengantisipasi bola-bola dari set pieces. Bukan bola pertama tapi bola kedua. Absennya Wes Morgan yang masih dibekap cedera punggung dan digantikan Yohan Benalouane menjadi biangnya. Dua kelengahan Benalouane di laga itu jadi kunci kekalahan Leicester.
Dini hari nanti, Shakes kembali mempercayakan pertahanannya kepada duo Robert Huth dan Benalouane. Kembalinya gelandang bertahan Wilfred Ndidi bisa jadi bantuan bagi defense-nya begitu mendapat tekanan Gabi dkk. Terlebih rerata dua gol per laga bisa Atletico tunjukkan dalam dua laga kandang terakhirnya di La Liga.
Selain itu, banyak hal lain di luar teknis lebih dari duel counter attack yang bisa menjadi kunci dalam laga ini. Di Madrid, Atletico belum pernah kalah melawan klub Inggris, Atletico di dalam head to head-nya dengan Leicester pun juga selalu jadi pemenang. Lagipula susah untuk menekuk Atleti di kandang sendiri saat masuk fase knockout.
Dikutip situs resmi UEFA, gelandang Leicester Marc Albrighton mengakui handicap itu. Hanya, Albrighton meminta rekan-rekannya untuk tetap menikmati pertandingan tanpa sedikit pun merasa di bawah tekanan. "Saya pikir, jika kami mampu mengatasinya, maka kami bakal tetap melanjutkan perjalanan kami di Liga Champions ini, lolos semifinal mungkin," bebernya. (jpnn/apw)
Sumber: