Sekolah Dilarang Tolak Siswa Difabel
Beberapa waktu lalu, Pemkab Bondowoso me-launching Pendidikan Inklusif. Dimana sekolah umum harus siap menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Artinya siswa yang berkebutuhan khusus, agar bisa berbaur dengan siswa pada umumnya. Tidak ada diskriminasi terhadap siswa berkebutuhan khusus. Bupati Amin Said Husni mengatakan, seluruh sekolah tidak boleh menolak siswa berkebutuhan khusus atau difabel. Sebab mereka memiliki hak yang sama. Hak bergaul dengan masyarakat umum dan hak mendapat pelayanan yang sama. “Pemkab sudah melatih secara bertahap guru-guru (di Bondowoso, Red) untuk bisa melayani siswa yang mengalami cacat ataupun yang memiliki kebutuhan khusus,” terangnya. Tentunya selain persiapan SDM, ada juga pembenahan sarana dan prasarana. Dimana sarana di sekolah harus menunjang seluruh siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Selain itu juga mengedukasi siswa pada umumnya. Agar mereka bisa memperlakukan siswa berkebutuhan khusus dengan tanpa perbedaan. Pemerintah juga memberi sarana dan prasarana untuk disabilitas. Misalnya saja untuk yang tuna rungu diberi bantuan alat dengar, untuk yang tidak punya kaki diberi kursi roda dan lain sebagainya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, ada siswa disabilitas yang hadir dalam kesempatan itu. Dia adalah Muhammad Harlan Pratama, Siswa Kelas 2 SDN Bukor. Mulai kecil, anak dari Seimiati ini menderita gangguan tulang belakang. Namun daya pikirnya sangat bagus. “Ranking dua anak saya,” ucap Seimiati saat mendampingi anaknya. Karena keterbatasan itu, Muhamamd Harlan Pratama mendapatkan perhatian lebih dari Pemkab Bondowoso. Yakni memberi bantuan pendidikan dan peralatan berupa kursi roda. Selain itu tentunya, mengedukasi siswa lainnya agar tidak mendeskriminasikan kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Terpisah, Ketua LSM Edelweis Murti Jasmani menuturkan, tidak semua sekolah memberi perlakuan yang sama kepada siswa berkebutuhan khusus. Sebab masih ada sekolah yang mendiskriminasikan siswa berkebutuhan khusus. “Karenanya dengan tekad bupati ini kami memberi apresiasi yang tinggi, sebab iklim pendidikan memang harusnya tidak ada diskriminasi,” tegas perempuan yang juga Distrik Koordinator LPKIPI Unicef Bondowoso tersebut. (jpnn/mas)
Sumber: