Anies Potensial Nyapres
JAKARTA-Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki potensi besar ikut pertarungan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Namun, itu terjadi jika Ketua Umum Prabowo Subianto tak ikut maju. Selain itu, pengamat politik Ujang Komarudin menilai, Anies Baswedan perlu memenuhi satu syarat jika ingin maju dan diusung sejumlah partai politik sebagai capres di Pilpres 2019 mendatang. Yaitu, membuktikan memiliki kinerja sangat mumpuni sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hal tersebut menjadi sangat berat, mengingat masa pendaftaran pasangan calon presiden sudah dibuka 4-10 Agustus mendatang. Dengan demikian hanya ada waktu enam bulan bagi mantan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut. "Saya kira Anies cukup potensial menjadi penantang Presiden Jokowi, jika Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto tak maju di Pilpres 2019 mendatang. Namun, harus membuktikan dulu kinerjanya," ujar Ujang kepada JPNN, Senin (19/2). Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, jika Anies menunjukkan kinerja mumpuni, maka dengan sendirinya peluang menjadi terbuka. Pasalnya, DKI merupakan ibu kota negara. Setiap kebijakan yang diambil seorang gubernur yang menjabat, selalu menyedot perhatian masyarakat. Apalagi, kata pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini, Jakarta merupakan pusat pemberitaan media-media nasional. Secara tidak langsung menjadi keuntungan tersendiri bagi mantan Rektor Universitas Paramadina ini, asalkan dapat memainkan peran dengan baik. "Sejarah memang membuktikan Gubernur DKI bisa menjadi presiden. Tapi kalau gagal mengambill momentum menunjukkan kinerja yang baik dan menarik simpati masyarakat, ya tentu repot untuk melawan Jokowi," pungkas Ujang. Pengamat politik lain, Ari Junaedi megatakan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto jika kelak tak mencalonkan diri pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 tak akan serta-merta memberikan tiket pencalonan ke Gubernur DKI Anies Baswedan. Dalam analisis Ari, justru saat ini Prabowo sedang menguji loyalitas Anies. "Jadi saya kira bekas Danjen Kopassus ini (Prabowo, red) masih akan menguji loyalitas Anies di Jakarta terlebih dahulu, sebelum kemudian menentukan pilihan,” ujar Ari kepada JPNN, Sabtu (19/2). Dosen di Universitas Indonesia (UI) itu menambahkan, Prabowo pasti juga akan berhitung soal peluang jika kelak mengusung Anies. Selain itu, tantangan lainnya adalah menghimpun logistik untuk mengusung calon di pilpres. “Dibutuhkan dukungan logistik dan amunisi untuk modal kampanye. Kemudian, juga harus mempertimbangkan dukungan faktor eksternal," pungkas Ari Di sisi lain, kata Ari, saat ini Anies bukanlah satu-satunya tokoh yang memiliki elektabilitas lumayan. Sebab, ada pula tokoh lain seperti Hidayat Nur Wahid ataupun mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang juga bisa dielus-elus menggantikan Prabowo di Pilpres 2019. "Saya kira semua skenario siapa yang menjadi putra mahkota Prabowo bisa saja terjadi. Tidak hanya Anies, bisa juga mendorong Hidayat Nurwahid maupun Gatot. Intinya, baik Prabowo maupun Gerindra pasti akan berhitung untung ruginya," ulas Ari. Mantan wartawan itu menambahkan, masyarakat boleh saja menilai peluang Anies lebih besar dibanding beberapa nama lainnya. Namun, kata Ari menambahkan, Anies bukanlah kader Gerindra. Bahkan, munculnya nama Anies sebagai calon gubernur DKI justru datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Itu pun di detik-detik akhir menjelang batas akhir pendaftaran pasangan calon,” pungkas Ari. (jpc/esa)
Sumber: