Sebanyak 75 Ribu Sekolah Siap UNBK

Sebanyak 75 Ribu Sekolah Siap UNBK

JAKARTA – Sekira 75 ribu SMP dan SMK serta SMA siap melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada April mendatang. Namun, angka ini masih bisa bertambah karena berbagai persiapan terus dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi UNBK. Kepala Badan Penelitian dan Pengembanan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan, untuk tahun ini, kebijakan ujian nasional (UN) relatif sama. Hanya saja jumlah peserta tahun ini meningkat sekitar 8,1 juta. "Sampai 25 Januari, kami sudah mendapat laporan 75,55 persen dari 99 ribu sekolah siap UNBK. Pendataan masih berlanjut, kami berharap semakin banyak yang ke UNBK," terang Totok dalam rembuk nasional di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud, Selasa (6/2). Untuk jenjang SMA ada 16 provinsi menyatakan 100 persen UNBK. Sedangkan jenjang SMP ada enam provinsi siap melakukan 100 persen UNBK. Untuk SMK ada 17 provinsi yang siap UNBK 100 persen. "Kami tidak memaksakan, tapi kami terus berusaha mencari solusi, termasuk dengan sharing. Pembelian komputer baru bukan berarti untuk UNBK saja. Setelah itu, bisa dijadikan metode pelajaran," paparnya. "Tahun depan 100 persen UNBK SMA/SMK. Kalau SMP belum bisa pasang target tinggi-tinggi, cukup 80 persen," ujar Totok. Agar UNBK bisa berjalan tanpa hambatan, menurut Toto, pihaknya semakin mengintesifkan koordinasi dengan daerah. Kepala daerah diminta untuk menyiapkan infrastrukturnya. Mengingat, anggaran Kemendikbud tidak bisa menyediakan fasilitas komputer di seluruh sekolah. "UNBK akan sukses bila kepala daerah punya berbagai inovasi. Apalagi UNBK ini bisa meningkatkan integritas siswa maupun sekolah," ujarnya. Sementara itu, pelaksanaan simulasi UNBK jenjang SMP rupanya tidak berlangsung menyeluruh di Surabaya. Uji coba untuk mengecek kesiapan sarana UNBK itu tidak dilakukan oleh beberapa sekolah. Terutama sekolah swasta yang tidak memiliki sarana-prasarana memadai. Misalnya, pantauan Jawa Pos di SMP PGRI 8. SMP tersebut tidak memiliki satu pun fasilitas untuk UNBK. Salah satunya komputer. Karena itu, pihak sekolah tidak mengikuti simulasi. "Kami belum siap," ujar salah seorang guru. Untuk pelaksanaan UNBK, sekolah menyewa 15 unit komputer. Untuk menyewa komputer itu, sekolah mengeluarkan dana Rp 3,75 juta. Belum lagi, lanjut guru tersebut, biaya sewa satu komputer server mencapai Rp 3 juta. "Itu sudah sama teknisinya. Jadi kalau ada apa-apa, ada yang menangani," ujar guru tersebut. Dengan biaya tersebut, sekolah terpaksa mendiskusikannya dengan wali murid.  (jpnn/mas)  

Sumber: