5 Jam Gerhana Bulan Total

5 Jam Gerhana Bulan Total

TANGERANG--Fenomena langka gerhana bulan total bakal berlangsung malam ini (31/1) . Gerhana bulan besok malam itu spesial karena bulan berada dalam konfigurasi supermoon dan bluemoon. Supermoon muncul ketika bulan berada dalam jarak terdekat dengan bumi. Saat itu terjadi, bulan bisa tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang jika dibandingkan dengan biasanya. Bluemoon adalah bulan purnama yang terjadi dua kali dalam satu bulan kalender. Gerhana bulan total itu merupakan fenomena langka. Sebab, kali terakhir gerhana bulan jenis tersebut terjadi pada 31 Maret 1866 atau 152 tahun silam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan warning adanya tinggi pasang maksimum terkait fenomena gerhana matahari tersebut. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan masyarakat diharapkan mewaspadai tinggi pasang maksimum hingga 1,5 meter dan potensi terjadinya rob. “Karena adanya gravitasi bulan dengan matahari,” jelasnya. Mantan rektor UGM itu mengatakan selain memicu adanya pasang maksimum, fenomena langka itu juga menyebabkan adanya surut minimum. Potensi surut maksimam bisa mencapai 0,2 meter atau 20 cm. Masing-masing wilayah perairan di Indonesia kondisinya berbeda-beda. Misalnya di Tanjung Priok pasang air maksimum setinggi 1 meter dan puncak tertinggi pada 28-31 Januari. Kemudian di Tanjung Mas Semarang juga setinggi 1 meter dan terjadi pada 31 Januari sampai 3 Februari. Lalu di Cilacap pasang air maksimum hingga 2,1 meter dengan puncak tertinggi pada 1 – 2 Februari. Kondisi pasang air laut maksimal dan surut maksimal itu bisa berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir. Kemudian masyarakat petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan juga bisa ikut terganggu. Masyarakat Indonesia di seluruh wilayah juga dapat menyaksikan fenomena super blue blood moon. Ini tempat terbaik untuk menyaksikannya versi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Seluruh wilayah Indonesia bisa melihat. Tentunya pertama daerah yang terbuka karena diharapkan tidak ada gangguan, halangan dari benda sekitarnya,” ujar Kepala Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo saat dihubungi, Selasa (30/1). Untuk menyaksikan fenomena langka tersebut secara jelas, Mulyono menyebut akan sangat bagus bila cuaca cerah. Lalu, suasana gelap di sekitar tempat menonton juga menjadi faktor pendukung berikutnya. “Barangkali akan lebih terlihat ketika di daerah yang relatif lebih gelap karena kalau misalkan perkotaan, mungkin banyak lampu-lampu, kan itu kontras antara bulan dan kondisi sekitar,” tutur dia. Lalu, di mana daerah di Indonesia yang menurutnya terbaik dalam posisi menyaksikan super blue blood moon? “Secara spesifik tidak bisa memastikan karena itu kan selalu bergerak. Okelah Jakarta pada saat jam tertentu akan jadi terbaik, tapi pada menit berikutnya, itu bergeser terus tempat kita melihat gerhana maksimum, kan bergeser terus, dari barat ke arah timur, timur, timur,” jelas Mulyono. Jakarta sendiri terkenal akan gedung-gedung pencakar langitnya. Mulyono menyebut spot-spot di gedung tinggi dapat dipakai masyarakat Ibu Kota untuk menyaksikan gerhana tersebut. “Saya rasa cukup menarik kalau misalkan bisa di puncak itu. Tapi catatannya jangan di sekitar kita cahayanya (terang), (itu) relatif agak berkurang, kan yang kita lihat kontrasnya,” papar dia. Gerhana super blue blood moon di Indonesia bagian barat dicatat BMKG akan mulai terjadi sekitar pukul 17.50 WIB dan berakhir pada pukul 23.10 WIB. Puncak gerhana diprediksi BMKG berlangsung pada pukul 20.30 WIB . Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko sebelumnya menyebut masyarakat Indonesia, termasuk Jakarta, tetap bisa menyaksikan fenomena langka tersebut meski cuaca berawan dan hujan. Mereka dapat menyaksikannya melalui teropong bintang. Ada beberapa tempat di Jakarta yang menyediakan fasilitas tersebut, salah satunya Planetarium Cikini, Jakarta Pusat. “Kalau kondisinya berawan, ya tidak memungkinkan. Maka, yang memungkinkan ya di Planetarium, kalau peralatan lebih canggih,” ujar Hary. Di Jakarta, pemprov juga menyiapkan 7 lokasi bagi warga Jakarta yang hendak menyaksikan fenomena tersebut. “Pemprov itu 7 lokasi, Fatahillah, terus Kepulauan Seribu, Taman Impian Wijaya Ancol, Setu Babakan, Planetarium Cikini, Taman Mini, Monas. Yang jelas, ada 7 yang diselenggarakan oleh Pemprov,” kata Hary. Fenomena gerhana bulan total nanti malam, selain langka juga dibumbui dengan kabar dapat terjadinya gempa bumi. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa gerhana dan purna berpotensi sebagai pemicu gempa. “’Bukan sebagai penyebab gempa,’’ katanya di Jakarta kemarin (30/1). Thomas mengatakan sampai saat ini tidak ada satupun metode yang mampu memprediksi kapan terjadi gempa dan lokasinya dimana. “Kalau ada yang mengkaitkan (gempa, red) dengan gerhana, memang punya potensi sebagai pemicu,” tutur guru besar riset di bidang astronomi itu. Dia menuturkan gerhana dan purnama dapat memicu pelepasan energi pergeseran lempeng bumi. Pada saat terjadi gempa yang memicu terjadinya tsunami di Aceh 2004 lalu juga tidak jauh-jauh dengan adanya fenomena bulan purnama. Thomas menerangkan, ketika purnama dan gerhana bulan terjadi dalam waktu bersamaan, saat itulah terjadi puncak pasang air laut. Daya grativitasi bulan saat terjadi purnama dan gerhana bulan jauh lebih besar dibandingkan purnama biasanya. Ketika di suatu perairan mengalami pasang akibat gaya grafitasi bulan, ada perairan laut lain yang mengalami surut maksimal. Nah ketika terjadi kondisi air surut maksimal itu, beban yang selama ini 'dipikul' lempeng bumi menjadi lebih ringan. Saat beban itu lebih ringan, maka lempeng bumi berpotensi terangkat. Kemudian lempeng yang selama ini menghujam bisa semakin menancap. Namun Thomas menegaskan gerhana dan purnama bukan penyebab gempa. “Tetapi berpotensi jadi pemicu,” jelasnya. Sehingga dia tidak bisa menyimpulkan terjadinya gerhana dan bulan purnama nanti malam akan disusul terjadinya gempa bumi. “(Gempa bumi, red) tidak bisa diperkirakan,” tandasnya. Terkait fenomena gerhana bulannya sendiri, Thomas mengatakan aman untuk diamati langsung. Dia mengatakan untuk mengamati gerhana bulan tidak perlu menggunakan kaca mata gelap seperti pengamatan gerhana matahari. Thomas juga menjelaskan tentang penamaan gerhana super blue blood moon. “Tidak ada kaitannya dengan warna biru,” tegasnya. Dia mengatakan disebut blue moon karena purnama kedua di bulan Januari. Kemudian dikatakan super moon karena saat purnama posisinya dalam titik terdekat ke bumi. Nah fenomena yang terjadi malam ini adalah gabungan antara purnama kedua di bulan Januari dan posisinya terdekat dengan bumi plus gerhana bulan total. Maka publik menyebutnya dengan istilah super blue blood moon. “Kalau secara astronomis itu biasa,” katanya. (jpg/bha)

Sumber: