22 Ribu Siswa Alami Gigi Berlubang

22 Ribu Siswa Alami Gigi Berlubang

Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Tangsel memeriksa tensi darah siswi SMAN 6 Kota Tangsel dalam program CKG beberapa waktu lalu. -(Tri Budi Sulaksono/Tangerang Ekspres)-

TANGERANGEKSPRES.ID, SERPONG — Sejak 4 Agustus 2025 program cek kesehatan gratis (CKG) untuk siswa ting­kat SD hingga SMA di Kota Tangsel telah dimulai. Ada 301.598 siswa di Kota Tangsel yang menjadi sasaran program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Sebanyak 301.598 siswa ter­sebut terdiri dari siswa SD sebanyak 162.004, 70.829 siswa SMP dan 68.765 siswa SMA. 

Kepala Dinas Kesehatan Ko­ta Tangsel Allin Hendalin Mah­daniar mengatakan, sam­pai 13 Agustus 2025 sudah 22 persen siswa yang dilakukan CKG dari sasaran 301.598 sis­wa.

”Murid yang sudah terskri­ning 86.000 atau 28,6 persen dari total 301.598 siswa,” ujar­nya kepada Tangerang Ekspres, Rabu, 13 Agustus 2025.

Allin menambahkan, capai­an CKG dari masing-masing jenjang pendidikan berbeda-beda, untuk SD capaiannya 33 persen, SMP 27,28 persen dan SMA 19,57 persen.

”Yang paling banyak itu mu­rid itu SD. SD sudah 53 ribu atau 33 persen. CKG ini sa­saran siswa dari jenjang SD hingga SMA, baik swasta dan negeri,” jelasnya.

Wanita berkerudung tersebut menjelaskan, dalam pelaksa­naan CKG pihaknya mene­mu­kan sejumlah masalah ke­se­hatan pada siswa. Paling banyak dite­mukan adalah ma­salah gigi ber­lubang dan penu­runan ke­tajaman peng­lihatan. 

”Paling banyak ditemukan masalah ka­ries gigi (gigi ber­lubang) se­kitar 22 ribu.

Untuk gigi berlubang, itu langsung ditindak lanjuti di­rujuk ke puskesmas dan disana ditindaklanjuti apakah harus seperti apa, dokter yang paling tahu,” terangnya.

Allin mengaku, edukasi di­be­rikan kepada anak dan orang­tua pasalnya, saat hadir ke pus­kesmas pasti mereka diantar orangtua. ”Nah disi­tulah dokter giginya sekaligus memberikan edukasi. Gigi berlubang ini di­sebabkan ka­rena makan ma­kanan manis dan tidak diiringi gosok gigi yang benar. Minimal gosok gigi dua kali sehari dan kapan­nya juga dijelaskan oleh dok­ter,” jelasnya.

Mantan Direktur RSU Kota Tangsel tersebut menuturkan, pemasalahan kesehatan kedua yang banyak ditemukan ter­hadap siswa adalah gangguan refraksi mata. Pihaknya mela­kukan fisus, yakni pemeriksaan untuk mengukur ketajaman penglihatan seseorang.

”Kan dites mata tuh yang peng­lihatan itu, nah dia itu peng­lihatannya menurun, fi­susnya. Yakni penurunan ketaja­man penglihatan. Se­hing­ga itu harus ditindaklanjuti ke dokter, supaya dapat dike­tahui secara pasti apakah mi­­nus atau apa,” tuturnya.

”Terkait soal penurunan keta­jaman penglihatan (fisus), kita hars tindaklanjuti tapi yang pasti kita lakukan edukasi karena anak-anak pasti banyak melihat dan bermain HP dan lainnya. Tentunya itu harus kita tindaklanjuti dan diberikan rujukan juga untuk diperiksa lebih lanjut, apakah butuh bantuan kacamata atau hanya lelah matanya dan itu kita koordinasi dengan pihak sekolah untuk memantau sampai ditindak lanjuti oleh orangtua,” tutupnya. (bud)

Sumber: