Cair Pekan Depan DANA PELATDA SEA GAMES 2017
PERSOAlAN yang mengelimuti keikutsertaan Indonesia di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia dipastikan akan segera selesai. Inilah yang ditegaskan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi saat ditanya terkait kendala pendanaan Pelatda SEA Games 2017 di beberapa cabor. Jebloknya prestasi atlet Indonesia di SEA Games 2017 diiringi masalah lainnya muncul terkait anggaran. Sejumlah atlet dan pengurus cabang olahraga mengeluh belum lunasnya utang pemerintah terhadap akomodasi atlet selama pemusatan latihan SEA Games beberapa waktu lalu. Karate menjadi yang paling disorot setelah uang akomodasinya ditunggak selama lima bulan selama pemusatan latihan SEA Games 2017. Terkait penyelesaiannya, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Prima Chandra Bhakti, mengatakan sudah ada titik terang. Pekan depan rencananya dananya cair. "Untuk akomodasi cabang karate sudah selesai. Karena pembayarannya di atas Rp 1 miliar, paling lambat lima hari kerja sudah cair. Jadi sudah tidak ada masalah," kata Chandra dikutip dari detikSpor, Jumat (8/9/2017). Chandra mengatakan tunggakan yang dibayar dimulai dari April hingga Juli. Sementara untuk Agustus pihaknya masih harus berhitung kembali menyesuaikan dengan kontrak. "Jadi semua itu harus disesuaikan dengan kontrak dengan pihak Belleza. Berapa jumlah atletnya, dan lain-lain, karena menghitung itu tidak bisa digeneral langsung perbulan," ucap dia. "Karate kan juga ada try out. Nah, on off-nya itu yang harus kami hitung dengan benar. Misalnya karate ini try out di negara mana, berapa orang, mulainya dari kapan, berapa lama. Itu harus kami hitung benar harinya. Karena sebagai PPK, saya tentu melakukan tanda tangan kontrak dulu dengan pihak hotel. Itu pun hotel harus digunakan dulu, baru kami hitung bulan ini berapa hari, ada try outnya tidak, kami sepakati. Jadi kami hitung real cost-nya per hari berapa. Jadi sudah tidak ada masalah." Chandra mengatakan sejatinya pihaknya telah memberikan opsi lain kepada pengurus karate untuk memecah persoalan dana agar tidak tersendat. Namun, pihak cabor karate menolak. "Saya sudah tawarkan kepada bapak Philip King (pelatih karate) untuk menggunakan model hibah supaya lebih cepat, tapi dia tidak mau. Alasannya, jika masuk ke PB sulit keluarnya itu yang dia ungkap ke saya," kata Chandra. "Sistem hibah lebih cepat karena kewenangan saya dan staf saya melalui perjanjian kerjasama. Tetapi malah inginnya menggunakan sistem kontrak. Sementara jika sistem kontrak harus lebih diusulkan dulu ke ULP, lalu ke Pokja untuk dilakukan verfiikasi kontrak, apakah sudah dipenuhi syarat pembayaran. Setelah itu dokumen masuk ke bagian verifikasi, lalu masuk ke Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar, lalu masuk ke KPPN, jika tidak ada koreksi bisa langsung cair. Jadi ini agar fair juga," tambahnya. Berbeda dengan kasus karate, untuk persoalan atlet tolak peluru Eki Febri Ekawati diklaim Chandra telah dikirim ke rekening hotel tepat Eki menginap, Hotel Grand Guci, Jawa Barat. "Soal Eki sudah beres. Kami sudah bayarkan sebesar Rp 128 juta kepada pihak hotel Grand Guci," katanya. (mcy/din)
Sumber: