Habibie Dijegal dari Dalam & Luar Negeri
JAKARTA-Sejumlah tokoh yang hadir dalam diskusi di MPR RI memertanyakan masa kepemimpinan BJ Habibie sebagai presiden RI yang sangat singkat. Mestinya, tokoh dan sejenius Habibie menjadi presiden lebih lama sehingga bisa menghantarkan Indonesia menjadi negara maju. "Saya pengin tahu kenapa Golkar menolak pertanggungjawaban bapak saat paripurna sehingga Prof Habibie hanya menjabat dua tahun," kata Dr Margarito Kamis, pakar hukum tatanegara, dalam diskusi di gedung MPR, Senayan, Selasa (22/8). Menjawab itu Habibie mengatakan, saat dia memerintah, dia sudah mendapatkan sindikasi akan upaya menjegal dirinya kembali memimpin Indonesia. Tidak hanya dari pihak asing, orang Indonesia sendiri ada yang menolak. "Banyak yang takut kalau saya jadi presiden lagi. Karena mereka tahu, saya punya misi ke depan menjadikan iptek untuk pengembangan industri strategis," ujarnya. Dia menyebutkan, bangsa yang menguasai peradaban adalah bila menguasai teknologi. Banyak lawannya yang tahu akan kemampuan Habibie sehingga berupaya untuk menjegalnya menjadi presiden kembali. "Banyak yang ketakutan kalau Habibie jadi presiden, Indonesia tidak lagi jadi pasar mereka," ucap Habibie. Hal ini dibenarkan KH Ali Kiaidemak. Ali yang saat itu menjabat sebagai pimpinan MPR RI dari fraksi PPP menceritakan, pihaknya mencalonkan Habibie menjadi presiden. Namun, tiba-tiba ada yang memerintahkan untuk mengganti nama Habibie dari pencalonan. "Jadi malamnya kami putuskan menyetujui Pak Habibie, besok pagi (Subuh) saya disuruh ganti nama bapak. Namun, saya tolak dan saya bilang kalau mau ganti ditipex saja. Bisa dilihat di dokumen, keputusan PPP untuk pencalonan presiden ada tipex," tuturnya. Akibat dari pergantian itu, sebanyak 70 persen anggota DPR/MPR menolak pertanggungjawaban Habibie. Ini menurut Ali jadi catatan menyedihkan karena seorang tokoh besar tidak dipercayakan kembali menjadi presiden. Habibie mengajak rakyat agar memerangi neoliberalisme. Menurutnya, kaum neolib telah membuat Indonesia rusak. "Jangan takut pada para neolib. Kalau kita bersatu, mereka tidak ada apa-apanya dan saya sudah buktikan itu," kata Habibie. Ahli pesawat terbang itu menyebut orang-orang neolib menjadikan Indonesia sebagai pasar. Karena itu kelompok neolib tidak ingin Indonesia maju dan menguasai teknologi. Dia lantas mencontohkan PT Dirgantara Indonesia yang dahulu berjaya tapi kini tinggal kenangan. Namun, katanya, kaum neolib memaksa industri strategis itu dimatikan. "Saya sedih melihat tokoh-tokoh berpengaruh malah menginginkan kita impor terus. Kita hanya mengekspor tenaga kerja, apa hebatnya? Harusnya kita jauh lebih hebat dari itu karena orang-orang kita cerdas-cerdas," tuturnya. (jpnn)
Sumber: