Kota Penyangga Jadi Idola Hunian Kaum Urban
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Selasa 15-08-2017,08:44 WIB
Minim dan mahalnya rumah tapak di Kota Jakarta membuat masyarakat urban lebih melirik perumahan yang berada di kota penyangga. Hanya saja tidak semua kota penyangga yang bisa menjadi alternatif utama untuk tempat tinggal.
Sebab tingginya mobilitas kerja warga ibu kota membuat mereka mencari akses perumahan yang cepat menghubungkannya ke pusat Jakarta atau tempat kerja.
Kawasan yang kini tengah gencar dilirik oleh para keluarga muda untuk mencari perumahan yakni Tigaraksa di Kabupaten Tangerang. Berada cukup jauh dari pusat Jakarta tidak menjadi persoalan bagi kaum urban memilih tempat tinggal di sana. Sebab, kawasan ini sudah terjangkau dengan moda transportasi massal, yakni KRL relasi Maja-Tanah Abang.
Bhuvana Village Regency misalnya. Saking tingginya peminat rumah tapak di kota penyangga membuat sang developer, PT Sukses Indonesia Anugerah Property (SIAP) harus mengembakan perumahan itu menjadi tahap dua.
Direktur Marketing PT SIAP Bakhtiar Azami menerangkan, aspek paling penting kenapa pemburu properti memilih Bhuvana Village Regency, karena dekat dengan Stasiun Tigaraksa. "Hanya 100 meter menuju stasiun. Dari Tigaraksa ke Jakarta cukup satu jam saja," Bakhtiar Azami kepada JawaPos.com, Selasa (16/8).
Bhuvana Village Regency sangat memudahkan para kaum urban yang bekerja di kawasan Jakarta, Bekasi, Bogor, Serpong, Depok, dan sekitarnya.
Di tahap II ini, kata Azami, pihaknya menyediakan 500 unit rumah baru dan akan diluncurkan September mendatang. Harganya pun sangat terjangkau, sekitar Rp 100 jutaan.
"Pada peluncuran tahap I pada September 2016, perusahaan sudah berhasil menjual 600 unit rumah atau melebih target awal perusahaan, yakni 500 unit," sebutnya.
Diketahui, Indonesia pernah tercatat mengalami backlog (kekurangan pasokan rumah) sebesar 13,6 juta unit. Ketika itu kebutuhan rumah setiap tahunnya mencapai sekitar 800.000 unit. Namun rumah yang dapat dipenuhi hanya sekitar 400.000. Artinya, masih ada gap dan kekurangan sebesar 400.000 unit setiap tahunnya, jika tidak ditangani, maka angka backlog-nya akan semakin tinggi.
“Sebetulnya, kami ada beberapa proyek properti kelas premium, seperti vila dan resort. Namun demikian, kami juga menyediakan rumah yang harganya sangat terjangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR)," terangnya.
Selain itu, penyediaan rumah harga terjangkau ini juga selaras dengan program pemerintah, yakni Program Sejuta Rumah.
Bahkan Presiden Jokowi pada ajang Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 yang digelar di Jakarta Convention Center lalu mengatakan, pemerintah tengah berupaya membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah. Dengan menyediakan rumah dengan harga Rp 110 juta - Rp 140 juta.
"Saya lihat di Depok, Lebak, Tangerang dan Bekasi, Bogor, Sukabumi, harganya rata-rata antara Rp 110-140 juta," kata Jokowi. (iil/JPC)
Sumber: