Dinding SD Pakualam 2 Roboh Timpa Mobil dan Rumah
TANGSEL—Angin kencang menghantam gedung SD Pakualam 2, Serpong Utara, Kota Tangsel, Selasa (28/3) sore. Lapisan almunimun pada gedung berlantai 3 itu roboh. Kerangka besi dan aluminium jatuh menimpa rumah warga dan mobil Toyota Avanza B 1072 NOA.
Kejadian itu terjadi di saat hujan deras mengguyur gedung sekolah tersebut. Mobil mengalami rusak parah. Atap dan kaca belakang pecah. Kepala Bidang Bangunan Perkantoran, Dinas Bangunan & Penataan Ruang Kota Tangsel, Dedeng Apriyanto Dasa menjelaskan lepasnya dinding pelapis bangunan itu akibat diterjang angin kecang yang terjadi, Selasa (28/3) sore.
“Ini menjadi tanggung jawab kita. Tahap awal, kita akan bersihkan puing-puingnya agar tidak mengganggu proses belajar mengajar,” lanjutnya. Untuk mobil dan rumah yang tertimpa, ia belum berani memastikan siapa yang akan bertanggungjawab. “Nanti, saya akan berkoordinasi dengan pimpinan terlebih dahulu. Saya tidak bisa memutuskan," jelasnya.
Sejumlah pohon juga tumbang saat hujan angin kemarin. Di antaranya di exit Tol Tangerang, Kompleks Alam Sutra, dan sejumlah titik di BSD. Bahkan, di beberapa tempat disertai pula dengan fenomena hujan es berukuran sejempol kaki orang dewasa seperti di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena hujas es itu bisa terjadi di daerah lain. Hujan es atau yang biasa disebut hail memang bukan fenomena baru sebenarnya. Sudah pernah terjadi sebelumnya bukan hanya di Jakarta saja. Misalnya pada 2016 hujan es di Bandung, Malang (2013 dan 2007), Jogjakarta (Januari 2017), dan Surabaya (awal Maret 2017).
Sore kemarin, hujan es itu salah satunya jatuh di kawsan sektiar Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Qibran Noval Boften, salah seorang pengendara, mengungkap agak kaget saat mendengar suara benda jatuh dari atap tempat dia berteduh. Padahal sebelumnya hujan deras itu biasa saja.
Dia lantas memeriksa dan agak kaget karena yang jatuh itu bongkahan es. Ukuranya ada yang sampai sejempol kaki orang dewasa. “Es batunya bentuknya khas. Ada embun putih di bagian tengahnya,” ungkap mahasiswa asal Cilengsi, Bogor itu.
Hujan es sekitar pukul 15.10 itu berlangsung sekitar 30 menit. Dia sempat mengambil beberapa bongkahan es tersebut dan memfotonya. “Baru kali ini saya lihat langsung,” ujar dia. Humas BMKG Hary T Djatmiko mengungkapkan fenomena hujas es itu punya beberapa indikasi. Diantaranya sehari sebelumnya udara pada malah hari hingga pagi terasa panas dan gerah. Selain itu, pada pagi hari awan Cumulus berbentuk putih berlapis-lapis mulai tumbuh. Berikutnya awan tersebut berubah cepat mejadi awan abu-abu atau cumulonimbus (Cb).
“Kalau syarat dan ketentuan itu dipenuhi bisa saja terjadi hujan es. Di manapun,” ujar dia kemarin (28/3). Selama ini tidak ada laporan kerusakan yang cukup parah dari hujan es tersebut. Hanya saja cukup menganggu pengendara di jalan.
Yang perlu lebih diwaspadai adalah hujan tersebut bukan hanya disertai bongkahan es batu. Tapi, juga angin kencang dan petir. Inilah yang berbahaya. Masyarakat yang berteduh dari hujan seperti itu diharapkan tidak menempati bangunan semi permanen atau pepohonan. Lantaran rawan roboh.
“Lebih baik cari bangunan yang permanen untuk berteduh,” tegas dia. Hujan disertai angin kencang dan petir itu biasanya terjadi bila dalam satu hingga tiga hari sebelumnya tidak hujan.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menuturkan hujan deras di Jakarta sore kemarin disertai dengan sebelas pohon tumbang. Lokasinya berada di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. “(Hujan es) setahu saya di Pasar Minggu, Bambu Apus, Cinere, dan Cibubur,” ujar dia.
Tidak ada laporan resmi dari BPBD DKI Jakarta terkait lokasi hujan es. Hujan es di Jakarta ini berasal dari awan Cumulonimbus bersel tunggal berlapis-lapis dengan pertumbuhan vertikal sampai tinggi 30.000 kaki dan luasan horizontal awan sekitar 3-5 km. “Kejadian lokal dan singkat kurang dari 5 menit. Jakarta pernah hujan es pada tahun-tahun sebelumnya,” jelas dia.
Dia mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati selama musim pancaroba. Sebab, bencana hidrometrologi juga masih berpotensi terjadi sebelum musim kemarau melanda. Bahkan, jumlah bencana tahun ini lebih banyak dari pada tahun lalu.
“Sebab awal 2016 masih dipengaruhi oleh El Nino sehingga hujan di awal 2016 masih di bawah pola normalnya. Kemudian hujan baru meningkat pada pertengahan 2016 saat ada La Nina menguat sehingga menyebabkan banjir dan longsor selama musim kemarau,” ujar dia.
Data dari BNPB menunjukan hingga Senin (27/3) sudah terjadi 855 bencana.
Korban meninggal dunia dan hilang 96 orang, ada 226 orang luka-luka, dan 917.628 orang lainnya menderita dan mengungsi. Sedangkan kerusakan materil berupa rumah rusak mencapai 10.019 unit serta 139.634 terendam. Kemudian kerusakan juga menimpa 233 fasilitas pendidikan, 146 fasilitas peribadatan, dan 26 fasilitas kesehatan. (jpg/bha)
Sumber: