Produksi Kerupuk Menurun
TANGERANG – Produksi kerupuk yang dihasilkan industri kecil di Kota Tangerang jumlahnya menurun. Sejumlah perajin kerupuk mengaku terkendala kenaikan harga bahan baku dan sepinya penjualan. Hal itu sudah berlangsung sejak beberapa tahun belakangan ini.
Hal tersebut diakui Ma'mun salah satu pengerajin kerupuk di kawasan Tanah Tinggi, Kota Tangerang. Ia mengatakan kenaikan harga terutama terjadi pada tepung paioka dan ikan yang sudah diberihkan durinya atau filet.
“Harga tepung tapioka naik dari Rp 5000 menjadi Rp 8000 per kilogram. Sedangkan harga filet naik dari Rp 14.000 menjadi Rp 20.000 per kilogram. Selain itu, harga komponen lain seperti telur dan gula pasir juga naik meski pun persentasenya tidak melambung jauh,” ungkap Ma'mun.
Selama ini, ia memproduksi sekitar 3 kwintal kerupuk kering per hari. Untuk itu dibutuhkan sekitar tiga kwintal tapioka, satu kwintal filet, setengah kwintal ikan segar yang masih ada durinya, satu kwintal gula pasir, 40 kilogram telur dan sejumlah bumbu dapur.
Akibat kenaikan harga bahan baku, usahanya semakin tertekan. Biaya yang harus dikeluarkan semakin banyak. Belum lagi biaya tenaga kerja yang mau tidak mau ikut naik. Hingga kini, Ma'mun sudah memiliki 10 karyawan dengan 30 orang bagian pemasaran.
“Padahal harga jual kerupuk sulit naik. Selain memenuhi pasar lokal, sebagaian besar kerupuk produksi kami juga dijual di sejumlah kota lainnya,” katanya.
Apabila harga jual kerupuk dinaikan, konsumen enggan membeli kerupuk di tempatnya. Mereka memilih mencari produsen lain yang mampu menjual kerupuk udang dengan harga lebih murah.
“Dengan harga yang ada saat ini, penjualan sudah menurun hingga 15 persen. Diduga hal itu sebagai dampak lesunya minat masyarakat atau akibat kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok,” katanya.
Seharusnya pemerintah dapat lebih memperhatikan lagi bahan baku mana yang memang seharusnya dinaikan atau tidak dinaikan. Jika terus terjadi hal seperti ini para produsen kerupuk akan mengalami penurunan lebih fatal lagi. Para produsen ini dapat menutup lapangan usaha mereka, karena modal yang tidak memadai.(bun)
Sumber: