BRI Bukukan Laba Fantastis di Semester I
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Jumat 04-08-2017,04:42 WIB
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan laba Rp 13,4 triliun atau naik 10,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 12,1 triliun. Kenaikan laba bersih itu di dorong oleh beberapa faktor, diantaranya pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga. Hingga akhir Juni 2017, secara konsolidasi Bank BRI telah menyalurkan kredit senilai Rp 687,9 triliun atau tumbuh 11,8 persen dari penyaluran kredit di akhir Juni 2016 sebesar Rp 615,5 triliun.
Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto mengatakan, seluruh kredit yang disalurkan perseroan Rp 74,4 persen atau senilai Rp 490 triliun disalurkan ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"UMKM jadi fokus bisnis BRI. Salah satunya melalui pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR)," ujarnya dalam press conference di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (3/8).
Sementara kredit bermasalah atau NPL (Non Performance Loan) tercatat 2,34 persen atau turun dibandingkan dengan NPL Gross semester I 2016 menjadi 2,39 persen.
Sedangkan sumber pendapatan lainnya berasal dari pendapatan non bunga yang mencapai Rp 3,91 triliun atau tumbuh sebesar 29,55 persen dari periode yang sama sebelumnya. Untuk rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (NPL Coverage) tercatat naik menjadi 196,4 persen dari sebelumnya sebesar 150,7 persen.
Suprajarto mengatakan, hingga akhir Juni 2017, DPK BRI beserta perusahaan anak tercatat Rp 768 triliun atau naik 12,3 persen apabila dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2016 sebesar Rp 683,7 triliun. "Dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mendominasi sebesar 56,09 persen dari keseluruhan total DPK," kata dia.
Dana Giro BRI tercatat memiliki pertumbuhan yoy (year on year)tertinggi sebesar 17,4 persen menjadi Rp 130,6 triliun, sedangkan tabungan tumbuh 11,5 persen yoy menjadi Rp 300,1 triliun. Dana Deposito juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 11,1 persen yoy menjadi Rp 337,2 triliun.
Hingga akhir Juni 2017, perseroan mencatatkan Fee Based Income (FBI) senilai Rp 4,9 triliun atau naik 19 persen yoy. Komposisi FBI terhadap total pendapatan secara you naik dari 7,7 persen di bulan Juni 2016 menjadi sebesar 8,6 persen di bulan Juni 2017.
Salah satu penyumbang FBI terbesar adalah jasa transaksi e-channel dan kartu debit dengan komposisi sekitar 26 persen dari keseluruhan FBI.
“Kami optimis mampu menjaga kinerja positif dengan tetap berpedoman kepada asas kehati-hatian dan prinsip good corporate governance. Dan Fokus pemberdayaan UMKM sebagai penggerak ekonomi nasional," tutup Suprajarto. (cr4/JPC)
Sumber: