Selamatkan Oranje

Selamatkan Oranje

SOFIA – Belanda belum tersingkir dari persaingan menuju ke Piala Dunia 2018. Karena, Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona UEFA baru berjalan setengah jalan. Namun, petaka di Vasil Levski National Stadium, Sofia, Minggu dini hari kemarin WIB (26/3) sudah dapat memunculkan ketakutan publik Negeri Kincir Angin itu.

Ya, tim Oranje harus bertekuk lutut di hadapan tuan rumah Bulgaria dua gol tanpa balas dalam matchday kelima di Grup A. Dua gol Spas Delev masing-masing pada menit ke-5 dan 20 yang memberikan mimpi buruk bagi Arjen Robben dkk. "Apa lagi yang bisa Anda katakan? Ini memang mimpi buruk," kata Robben kepada NOS.

Telat panas dan gol cepat tuan rumah mampu meruntuhkan mental para penggawa Belanda sampai tidak bisa membalikkan kedudukan. "Padahal, sejak kami datang ke sini kami datang dengan intensitas bagus, dan sebelum laga saya berpikiran positif. Tetapi, di babak pertama kami seperti dalam level yang menyedihkan," lanjutnya.

Kekalahan kemarin jadi yang kali pertama dialami Belanda atas Bulgaria di dalam laga kompetitif sejak 27 Oktober 1968. Sama ajangnya, kualifikasi Piala Dunia 1970 dan di akhir kualifikasi Belanda gagal lolos ke Meksiko 1970. Namun, bukan histori itu yang kemudian membuat Belanda panik sepanjang Minggu kemarin WIB.

Kepanikan itu karena publik Belanda langsung terbayang-bayang kegagalannya di kualfikasi Euro 2016 lalu. Maklum, kepedihan itu masih membekas karena masih sekitar 18 bulan yang lalu kejadiannya. Seakan deja vu, Belanda ketika itu juga mengawali lima laga pertamanya di kualifikasi Euro 2016 dengan tujuh poin.

Dalam lima matchday pertamanya, Belanda dua kali menang, sekali draw, dan dua kali kalah. Sama persis dengan kualifikasi Piala Dunia kali ini bukan? Sampai matchday kelima ini Belanda sudah tertinggal enam angka dari Prancis yang memuncaki klasemen sementara Grup A.

Secara hitung-hitungan poinnya diprediksi mentok Belanda hanya menyudahi fase kualifikasi ini sebagai runner up atau lolos melalui jalan babak kedua. Pertanyaannya, di saat kondisi performa Belanda seperti saat ini apakah Belanda bisa mendapat hasil yang maksimal?

Bermodal pemain dari liga elit Eropa seperti Arjen Robben atau Vincent Janssen, Belanda kurang garang dalam menyerang. Begitu juga dengan pertahanannya. Beberapa pemain belakang seperti Virgil van Dijk dan Jefrey Bruma yang cedera, pertahanannya terlalu ringkih.

Terutama untuk meredam bola-bola tembakan jarak jauh lawan. Seperti pada laga kemarin. Keputusan Danny Blind memainkan Matthijs de Ligt jadi kunci kekalahan. Dia terlibat dalam terjadinya dua gol Delev. Performa yang tidak sesuai dengan statistiknya di Opta.

Bek tengah yang bermain kurang dari 300 menit di Ajax Amsterdam pada musim ini tersebut jadi pemain termuda yang melakukan debut untuk Belanda sejak 1931. Usia De Ligt baru 17 tahun. Padahal, sebelum laga Blind sudah diingatkan memilih pemain lainnya sebagai starter. Bukan De Ligt, bisa Wesley Hoedt, bek tengah Lazio yang main sebagai pengganti De Ligt di awal babak kedua. "Itu tanggung jawab saya," sebut Blind dikutip Soccerway.

"Kami menunjukkan kinerja yang sangat buruk, sangat jelas. Saya tak tahu kenapa kami memulainya dengan begitu buruk. Kami tidak mampu menciptakan satu peluang pun. Saya salahkan diri saya sendiri. Apakah saya tetap memimpin tim ini? Saya harus berpikir tentang hal itu. Saya belum lempar handuk," imbuhnya.

Dari utak-atik peluang lolosnya dari lima laga selanjutnya, garansi tiga poin yang bisa diharapkan dari Luksembourg (10/6). Setelahnya, dua laga beruntun Belanda harus menjalani laga berat. Bertandang ke Paris melawan Prancis (1/9), lalu berharap revans kepada Bulgaria (4/9).

Bahkan pada matchday terakhir, Belanda masih harus menjalani laga berat kontra Swedia di kandang sendiri. Bukan hanya Belanda tim tradisional yang biasanya mampu lolos ke Piala Dunia mewakili zona Eropa. Republik Ceko dan Turki juga bernasib sama dengan Belanda.

Pasalnya, kedua negara tersebut juga masih tercecer dari peringkat tiga besar pada klasemen grupnya masing-masing. Ceko misalnya. Negara dengan peringkat FIFA ke-62 itu bahkan ketinggalan lebih jauh poinnya dari pemuncak klasemen ketimbang Belanda. Di Grup C, Ceko terpaut tujuh poin dengan juara dunia Jerman.

Sedangkan Turki, mereka masih bisa berharap lolos lagi ke Piala Dunia untuk kali pertama lagi sejak bertarung di Korea-Jepang 2002 silam. Meski posisinya masih berada di peringkat ke-4, gap poinnya dengan pemuncak klasemen Grup I Kroasia relatif dekat. Hanya lima poin gap-nya dengan pemuncak klasemen. (jpnn/apw)

Sumber: