Hadapi Perang Modern, ini Saran Megawati Pada TNI
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Sabtu 22-07-2017,04:59 WIB
Di era globalisasi ini, Megawati Soekarnoputri selaku Presiden RI ke-5 berpesan akan rawannya ancaman dari perang modern yang tidak kasat mata, atau yang dikenal dengan istilah Proxy War.
Hal ini dipaparkan Megawati ketika memberikan pembekalan kepada 437 calon perwira Mabes TNI di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (21/7).
"Saya ingatkan, perang modern ini adalah sebuah ujian berat, tidak hanya bagi TNI, tetapi juga terhadap seluruh elemen bangsa," terang Megawati.
Ketua Umum PDIP ini menambahkan, sekarang bangsa Indonesia menghadapi kejahatan keuangan internasional, perdagangan manusia, peredaran narkotika, serta terorisme yang melibatkan lintas negara.
Hal itu kata Mega bertujuan sama, yakni memecah belah bangsa, dan menguasai Indonesia yang begitu kaya raya akan hasil alamanya.
"Kepentingan asing yang berkolaborasi dengan 'para penjual bangsa', akan terus memperlemah kedaulatan politik, ekonomi, dan sistem sosial kita," urainya.
Menyiasati ancaman itu, menurut dia Indonesia tak bisa berjuang denban TNI dan persenjataan yang modern, sebab hal itu bukanlah yang utama.
Dia lantas menerangkan pada saat perjuangan kemerdekaan bangsa, bisa dibuktikan bahwa senjata yang sehebat-hebatnya adalah semangat, perjuangan dan komitmen total bagi bangsa dan Negara Indonesia.
"Bung Karno menegaskan pada saat peresmian Lembaga Pertahanan Nasional, pada tanggal 20 Mei 1965, 'Asal semangat berkobar dan bersatu, kita bisa menundukkan musuh paling hebat sekalipun. Persatuan rakyat adalah senjata yang sehebat-hebatnya'," paparnya.
Sehinga, Mega berharap TNI dan Polri harus selalu bekerjasama, bahu membahu, saling bergotong royong dalam rangka pengayoman, dan perlindungan bagi warga bangsa, guna memastikan terciptanya rasa aman dan ketentraman masyarakat.
Itulah sebabnya TNI baru turun ke lapangan kalau negara dalam darurat bahaya/ darurat sipil. Sementara Polri sesuai perannya dalam keamanan dalam negeri.
“Tetapi, tentu saja tidak mungkin konsep pertahanan dan keamanan suatu negara terlepas dari Politik Negara, yang merupakan integrasi dari politik dalam dan luar negeri," tegas dia.
Dalam acara itu, hadir juga Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, KSAD, KSAU, KSAL.
Tak hanya itu, turut hadir pula Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin, Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI Ahmad Basarah, Sekjen PDI Perjungan Hasto Kristiyanto dan anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon. (elf/JPC)
Sumber: