Waspada hingga Akhir Juli, DBD Capai 143 Kasus

Waspada hingga Akhir Juli, DBD Capai 143 Kasus

SERANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Hingga akhir Juli 2022, ada 143 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Serang. Hal itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang. Pengelola Program DBD pada Dinkes Kabupaten Serang, Pipih Saripah mengatakan dari 143 kasus DBD, tujuh penderita kasus di antaranya meninggal dunia. Kasus DBD paling banyak tahun ini ditemukan di Kecamatan Cikande sebanyak 22 kasus. “Tujuh orang yang meninggal dunia itu di Kecamatan Cikande satu orang, Jawilan satu orang, Cikeusal satu orang, Pamarayan satu orang, Puloampel satu orang, Kramatwatu satu orang, dan Tirtayasa satu orang,” katanya kepada Tangerang Ekspres di ruang kerjanya, Senin, 22 Agustus 2022. Jika dibandingkan tahun lalu, kata Pipih, pihaknya mencatat selama satu tahun ada 151 kasus DBD di Kabupaten Serang tiga di antaranya meninggal dunia. Dari 151 kasus DBD, paling banyak ditemukan di Kecamatan Ciruas dengan 17 kasus DBD. “Tiga orang meninggal dunia itu, ada di Kecamatan Cikande satu orang, Puloampel satu orang dan Kecamatan Kramatwatu satu orang. Namun, bisa jadi kemungkinan tahun ini dapat meningkat kasusnya karena 2022 belum berakhir,” ujarnya. Dikatakan Pipih, pihaknya saat ini tengah berupaya melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk. Di antaranya, menyosialisasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat, mengaktifkan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dilakukan oleh puskesmas ke setiap rumah, dan melakukan penyemprotan fogging fokus ke wilayah yang teridentifikasi adanya sarang nyamuk. “Sosialisasi PHBS kita terus lakukan melalui puskesmas, mengaktifkan kembali kader Jumantik satu rumah satu kader, dan melaksanakan kegiatan fogging, fokus kita sudah melaksanakan semuanya,” ucapnya. Kepala Dinkes Kabupaten Serang, Agus Sukmayadi mengatakan musim kemarau basah dapat mempengaruhi adanya jentik nyamuk yang mendiami genangan air. Dari jentik nyamuk itu, munculnya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD. “Jadi, yang paling utama menjaga kebersihan rumah, karena nyamuknya berkeliaran di dalam rumah. Namun, kesadaran masyarakat untuk hidup sehat, menjaga lingkungannya tetap bersih itu butuh proses. Tujuannya, untuk menghindari gigitan nyamuk DBD,” katanya. Agus mengaku penerapan PHBS warga di Kabupaten Serang dinilai masih rendah. Hal itu dilihat dari meningkatnya kasus DBD tahun ini. “Sosialisasi PHBS terus kita lakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS-nya itu yang masih rendah,” ujarnya. (mg-7/tnt)

Sumber: