Sabu Satu Ton Harus Dimusnahkan

Sabu Satu Ton Harus Dimusnahkan

JAKARTA-Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengakui barang bukti sabu-sabu satu ton rawan dilakukan penyimpangan. Karenanya, dia memerintahkan Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan untuk segera membakar barang bukti tersebut. "Saya minta segera dimusnahkan," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (20/7). Saat pemusnahan nanti, Tito menegaskan Polda Metro harus melibatkan pihak eksternal demi transparansi agar tidak ada tudingan miring tentang sabu yang disita dari penyelundup di Anyer, Serang tersebut. Pihak yang wajib diundang adalah Badan Narkotika Nasional (BNN). "Saya minta dimusnahkan, kemudian sebelum dimusnahkan diundang pihak eksternal, diteliti dulu secara bersama dan terbuka, sehingga barang ini tidak disalahgunakan," jelas Tito. Sementara itu, lanjut Tito, selama barang bukti itu belum dimusnahkan, dirinya sudah memerintahkan Iriawan dan Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (Propam) untuk mengawasi sabu-sabu satu ton tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya penyimpangan barang bukti oleh anggota. "Saya minta ke Pak Kapolda dan Propam untuk mengawasi barang bukti ini di suatu tempat secara khusus agar tidak terjadi hal-hal menyimpang," tandas Tito. Polda Metro Jaya kesulitan untuk mendeteksi kartel sabu-sabu satu ton yang diungkap di Anyer, Serang. Pasalnya, alur transaksi antara kartel, bandar, kurir, dan pembeli tidak saling kenal. Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan, setiap pihak menggunakan komunikasi terputus. "Jadi antara awak kapal, penerima di Serang dan yang akan menerima di Jakarta yang mengendalikan di luar negeri, masing-masing pun tidak mengenal. Ini sel terputus, tapi dikendalikan dari luar," kata Nico di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (20/7). Nico mengatakan, para tersangka yang telah ditangkap mengaku tak mengetahui kepada siapa barang haram itu akan dikirim. Mereka hanya mendapat perintah menyandarkan kapal dan menurunkan barang yang berisi sabu-sabu di Anyer. Nico menganggap bahwa kartel pemilik sabu-sabu merupakan jaringan internasional. Hal ini mengingat Kapal Wanderlust menjadi target empat negara di Asia Tenggara. "Semoga bisa dilacak dengan berkomunikasi ke Kepolisian Tiongkok dan Taiwan," kata dia. Kerja sama mengungkap kartel di balik peredaran sabu-sabu itu juga menggandeng Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Dia mengharapkan, tukar informasi bisa menemukan pemilik sabu-sabu tersebut. "Dalam perhitungan kami orang ini punya modal yang cukup besar, sehingga ketika kami cek ternyata ada beberapa negara yang menjadi tempat mereka bergerak," pungkas Nico. (jpnn)

Sumber: