Libur Panjang, Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

Libur Panjang, Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

JAKARTA-Menjelang dua pekan pasca libur panjang Maulid Nabi Muhammad, pemerintah bersiap menangani lonjakan kasus Covid-19. Di sisi lain, perubahan perilaku masyarakat dianggap sudah terjadi. Berkaca dari libur panjang sebelumnya, kenaikan kasus akan terjadi dua pekan. Namun hingga kemarin, belum ada lonjakan kasus berarti. Satgas Covid-19 kemarin (9/11) melaporkan kenaikan kasus positif secara nasional berjumlah 2853. Sehingga secara komulatif jumlahnya 440.569 orang. ”Libur panjang kali ini terkendali,” tutur Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kemarin. Menurutnya, pemerintah telah belajar dari libur panjang yang sudah terjadi sebelumnya. Misalnya pada libur panjang pada Agustus. Dia menambahkan situasi terkendali setelah September. Wiku menjelaskan bahwa sejauh ini angka aktif di Indonesia hanya 12,52 persen. Itu lebih rendah dari angka dunia 26,79 persen. Angka aktif merupakan kasus pasien yang masih sakit Covid-19. ”Dari waktu ke waktu kasus aktif semakin turun,” kata Wiku. Angka kesembuhan nasional juga cukup tinggi. Wiku membeberkan kasus sembuh mencapai 84,50 persen. Di dunia, angka kesembuhan memang naik 70,71 persen. ”Kasus kematian kita 3,33 persen. Masih sedikit di atas angka global 2,5 persen,” ungkapnya. Pemerintah mengamati hari ke 10 hingga ke 14 pasca libur panjang. ”Kalau naik sebelum libur panjang dan tidak ada kenaikan lagi, berarti masyarakat dan kemampuan nasional sudah berjalan dengan baik,” ujar Wiku. Pola ini akan digunakan sebagai pembelajaran dalam pembangunan sosial ekonomi di era normal baru. Yang justru diwaspadai adalah peningkatan kasus dari luar negeri dan dibukanya kunjungan ke beberapa negara. Wiku berharap ada pengetatan pintu masuk negara. Sehingga yang masuk ke Tanah Air tidak membawa virus Covid-19. ”Seperti pada jamaah umrah yang sebentar lagi pulang diharapkan ada karantina sehingga tak ada impor kasus,” bebernya. Penerapan protokol kesehatan di masyarakat juga tetap ketat. Wiku menyatakan bahwa ada kerjasama dengan Satpol PP, TNI, Polri, dan duta perubahan perilaku untuk memantau kebiasaan masyarakat. ”Ada 500 laporan per detik yang kami terima,” katanya. Ada 4,5 juta titik yang dipantau. ”Ada 20 persen yang belum tertib,” imbuhnya. (jpg)

Sumber: