FSPP Tolak Rapid Test Kiai dan Santri
SERANG – Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Serang sepakat. Menolak rencana rapid test yang akan dilakukan Pemkot Serang terhadap kiai dan santri. Dikhawatirkan hasilnya disalahgunakan oleh kelompok atau seseorang yang tidak bertanggungjawab. Penolakan FSPP tersebut disebarkan melalui video singkat di media sosial. Terlihat puluhan anggota pimpinan pesantren menyuarakan penolakan rapid test tersebut. Ketua Presidium FSPP Kota Serang Hasanudin yang dihubungi Banten Ekspres via telepon genggam mengatakan pernyataan melalui video tersebut hasil silaturahmi antar pimpinan pondok pesantren (ponpes) yang ada di Kota Serang. Semuanya sepakat untuk menolak adanya rapid test. “Kemarin kami silaturahmi, dan mendengar bahwa sekarang ada program rapid test terkait dengan penyebaran Covid-19, kami sepakat menolak,” katanya, Selasa (16/6). Ia menjelaskan, penolakan tersebut dilakukan karena khawatir dalam rapid test dimanfaatkan oleh segelintir oknum yang menyudutkan kiai dan santri. Dimana yang tadinya negatif malah menjadi positif. “Seperti teman kami, yang dites pertama sehat dan hasilnya negatif. Tapi ketika sakit malah dinyatakan positif,” ujarnya. Belum lagi para kiai dan tokoh didatangi secara langsung untuk rapid test. Padahal kondisinya benar-benar dalam keadaan sehat. “Kemarin juga ada ustaz yang didatangi. Ini yang membuat kita punya pemikiran negatif. Kalau pun sakit kami pasti akan datang ke tim kesehatan. Kalau tiba-tiba datang tim untuk rapid test kami tolak,” terangnya. Dikatakan Hasanudin, saat ini kondisi ponpes juga sepi. Karena santri diperkenankan untuk belajar di rumah. Bahkan setiap ponpes meminta kepada orangtua untuk memastikan anaknya agar tidak keluar rumah. “Santri juga tidak usah rapid test, karena mereka tidak sakit. Kami juga meminta orangtua untuk terus menjaga dan memastikan anaknya tidak keluar, seperti keluar daerah dan lainnya,” tuturnya. Meski demikian, pihaknya terus mengikuti protokol kesehatan yang disarankan oleh pemerintah daerah. Seperti adanya alat cuci tangan, dan menggunakan masker. “Protokol kesehatan di pesantren juga ada, baik dari bantuan pemerintah dan lainnya. Maka kita sepakat, menolak rapid. Kamis terus berdoa agar covid-19 selesai,” jelasnya. Sementara itu, Walikota Serang Syafrudin yang diwakili oleh juru bicara (jubir) Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Serang, W.Hari Pamungkas mengatakan, pihaknya akan mengutamakan komunikasi dan pendekatan persuasif terkait memberikan sosialisasi dan edukasi. Di sisi lain tetap memperhatikan aspek kesehatan. Di mana harus menekan penyebaran Covid-19. “Tentunya dengan adanya konflik pada masyarakat, maka ini membutuhkan pola komunikasi yang efektif,” katanya. Ia menjelaskan, adanya rapid test tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19. Sementara untuk rapid test tersebut akan diberikan secara gratis. “Rapid test di Kota Serang sudah disiapkan 22.700 untuk masyarakat. Jadi ini gratis termasuk untuk santri dan kiai,” paparnya. (mam)
Sumber: