Penyebaran Corona Lebih Cepat, Siapkan Pulau Galang Sebagai Tempat Karantina
JAKARTA-Isu wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terus berkembang. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan, saat ini dunia tengah menghadapi serangan Corona gelombang kedua. Pemerintah juga telah menyiapkan skenario ketika virus ini semakin menggila. "Pada second wave (gelombang kedua, Red), tidak sama dengan first wave (gelombang pertama) yang di Wuhan," tutur pria yang akrab disapa Yuri itu. Dia menjelaskan, kejadian Covid-19 di Wuhan memiliki angka kesakitan tinggi. Sehingga kejadian berat lebih banyak. Begitu juga yang berakhir dengan kematian juga lebih banyak. Sementara gelombang kedua berbeda. Penyebaran penyakit ini tergolong lebih cepat. Kemarin (3/3) dilaporkan ada 20 negara yang baru menyatakan ada kasus Covid 19. Penyebaran yang cepat ini menurut Yuri dikarenakan mereka yang sakit menunjukkan gejala minimal. Bahkan tidak bergejala sama sekali. Inkubasinya pun lebih lama. Jika pada gelombang pertama hanya 14 hari, sekarang masa inkubasi virus tersebut mencapai 28 hari. Akhirnya banyak negara memperkuat pintu masuknya, termasuk Indonesia. Menyikapi hal ini, Yuri menyatakan negara memiliki beberapa skenario. Pertama adalah terkait sistem rujukan. Pemerintah selama ini menetapkan 100 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk siap jika ada pasien yang terindikasi Covid-19. Namun jika ada dari 100 rumah sakit itu yang tidak memiliki alat yang mumpuni, misalnya ventilator, maka boleh dirujuk. Kedua, agar penelitian laboratorium cepat, maka balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendaian penyakit (BTKL) di daerah disiapkan. Menurut Yuri, Indonesia memiliki sepuluh BTKL dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL). Standarnya harus memiliki biosafety level 2 (BSL2). "Jika di laboratorium Balitbangkes ruangannya yang BSL 2, di daerah memiliki kota untuk meneliti spesimen yang sudah BSL2," tutur Yuri. Pemeriksaan Covid-19 di Indonesia dilakukan dua tahap. Pertama adalah polymerase chain reaction (PCR) dan genom sequence. "Di daerah hanya pemeriksaan PCR saja," tuturnya. Tenaga laboratrium di daerah sudah dilatih untuk hal ini. Namun dalam penelitian Covid-19 akan didampingi dari pusat. Skenario ketiga adalah persiapan tempat khusus ketika banyak negara melakukan lock down seperti Wuhan. Salah satu tempat yang direncanakan digunakan adalah Pulau Galang di Batam. Yuri sudah diminta untuk melihat pulau tersebut. Pulau ini nanti tidak hanya rumah sakit namun juga penunjang lainnya. " Di Pulau Galang itu adalah bekas untuk menampung manusia perahu dari Vietnam. Masih ada bangunan. Bahkan ada sisa rumah sakit," katanya. Pulau ini dulunya dibangun oleh UNHCR untuk pengungsi dari Vietnam. Daerah pun rencananya akan diajak berembug. Sementara itu, hari ini rencananya ada satu orang anak buah kapal (ABK) Diamond Princess yang akan pulang ke Indonesia. Satu orang itu merupakan bagian dari delapan ABK yang dirawat di Jepang lantaran positif Covid-19. Nantinya setelah sampai tanah air, dia akan diobservasi oleh Kemenkes. Pemerintah, lanjut Yuri, tidak memfasilitasi kepulangan mereka ke Indoensia. ’’Perusahaan (yang memulangkan), dari kapalnya itu,’’ lanjut Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes itu. Namun, nanti sesampainya di Indonesia mereka terlebih dahulu akan dibawa ke Balai Pelatihan Kesehatan Kemenkes di Cikarang. Yuri menyatakan, mereka dibawa ke Bapelkes bukan untuk diperiksa ulang. Melainkan hanya diobservasi. Meskipun mereka sudah mengantongi sertifikat sehat dari otoritas kesehatan Jepang, langkah observasi tetap akan dilakukan. Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril kemarin menyatakan bahwa dua orang pasien positf Covid-19 sudah semakin membaik. Pada awal masuk di rumah sakit tersebut, pasien mengeluh demam dan batuk. Dia menyatakan bahwa demamnya sudah sembuh. Selain dua orang tersebut, ada tujuh orang lagi yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso. Tiga diantaranya dirawat lantaran pernah kontak langsung dengan dua pasien positif. "Dua orang lainnya diisolasi karena datang dari negara terjangkit," tuturnya. Seluruhnya sudah diambil sampel untuk diuji di Balitbangkes. Menko PMK Muhadjir Effendy menuturkan, pemerintah akan membentuk satgas untuk melaksanakan surveillance tracking. Setiap ada kasus, akan ditelusuri sejauh mungkin. ’’Sehingga bisa diketahui mata rantai dari penyebaran Coronavirus ini,’’ terangnya usai rapat terbatas di kantor Presiden kemarin. Selain melanjutkan surveillance tracking terhadap kontak dua pasien pertama, pihaknya juga mencari kasus yang sudah sempat muncul. Misalnya WNA asal Selandia baru yang sempat transit di Bali setelah kembali dari Iran. Kontak WNA itu sudah ditelusuri semua. ’’Mungkin ada sekitar 30-an pihak dan ternyata negatif,’’ lanjutnya. Disinggung mengenai RS di Pulau Galang, Muhadjir kembali memastikan bahwa tidak ada pembangunan baru di pulau itu. Melainkan, merenovasi bangunan yang sudah ada. ’’Dulu dipakai menampung pengungsi dari Vietnam," tambahnya. Sehingga, pulau itu yang dinilai paling siap. Sedangkan pemerintah pusat, telah menerapkan prosedur siaga darurat pandemi Covid-19. Pedomannya sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit. Pandemi Global dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, serta Kimia. Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan pemerintah mengharap masyarakat waspada dan hati-hati terkait munculnya kasus Korona di Indonesia. ’’Tapi tidak boleh panik. Karena pemerintah menyiapkan langkah-langkah antisipasi,’’ jelasnya di kantor Wakil Presiden kemarin. Diantaranya adalah memperketat masuknya WNA maupum WNI dari luar negeri ke Indonesia. ’Pemerintah sudah menyiapkan antisipasi penanganan kasus, kalau terjadi. Sudah 135 RS yang dilengkapi dengan kamar isolasi,’’ jelasnya. Kamar isolasi tersebut sudah memenuhi standar atau protokol WHO. Kemudian upaya yang ketiga adalah pemerintah menyiapkan kebutuhan pokok, obat-obatan, dan keperluan masyarakat lainnya. Sehingga masyarakat tidak perlu panik lantas memborong sejumlah barang kebutuhan sehari-hari. ’’Saya kira tidak perlu (panic buying, Red). Karena pemerintah sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebutuhan dalam jangka panjang,’’ jelasnya.(jpg)
Sumber: