WNI Kru Kapal World Dream Sudah Menuju Pulau Sebaru, Nelayan Dilarang Dekati Sebaru
JAKARTA - Nelayan dilarang mendekati Pulau Sebaru yang akan digunakan sebagai pulau karantina untuk observasi 188 WNI yang dipulangkan karena terduga terpapar virus Corona. Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono mengingatkan nelayan di Kepulauan Seribu agar tidak mendekati Pulau Sebaru, yang merupakan lokasi observasi 188 WNI dari wabah virus Corona. "Kesepakatan sterilisasi ada pengamanannya. Jadi tidak boleh masuk. Kalau sudah begitu (steril), masa ingin masuk," kata Yudo, di Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta, Rabu. Yudo pun tidak menyebutkan secara rinci berapa radius masyarakat atau nelayan tidak boleh melintasi wilayah Pulau Sebaru. "Radius ya radius laut. Akan sejalan dengan parameter pengamanan. Harapannya, masyarakat tidak masuk ke wilayah Pulau Sebaru," kata Yudo. Pengamanan Pulau Sebaru sendiri, lanjut dia, ada beberapa unsur seperti Kopaska TNI Angkatan Laut, Polair, KPLP, Paskhas AU dan Kopassus yang semuanya tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu yang diberangkatkan ke Pulau Sebaru. Sebelumnya, Yudo melepas sekitar 280 orang personel yang tergabung dalam Kogasgabpad guna mengobservasi 188 WNI dari kapal World Dream di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. "Kita melaksanakan gelar pasukan dalam rangka operasi bantuan kemanusiaan yang akan dilaksanakan mulai hari ini," ujar Yudo. Tim Kogasgabpad yang diberangkatkan pada Rabu ini terdiri dari TNI, Polri, BNPB, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Luar Negeri. Adapun anggota keseluruhan Kogasgabpad berjumlah 762 personel. "Jumlah personel ini ada 762 personel satgas semua. Dari semua ya termasuk ABK KRI kemudian temasuk personel pengamanan, satgas pendamping, pendukung dan pengamana," jelas Yudo. Mereka bertolak ke Pulau Sebaru dengan menggunakan KRI-593 Banda Aceh untuk melakukan observasi 188 WNI dari wabah virus corona. Yudo mengatakan, observasi di Pulau Sebaru memiliki konsep hampir sama dengan yang dilakukan di Natuna beberapa waktu lalu. Hanya tempatnya saja yang berbeda. "Karena ini di pulau sehingga banyak melibatkan kapal-kapal angkatan laut. Kalau kemarin di Natuna banyak melibatkan pesawat TNI AU untuk melaksanakan dukungan logistik," kata Yudo. Ia menyebutkan, WNI dari kapal World Dream akan ditransfer ke KRI Soeharso (SHS) di perairan Bintan, Kepulauan Riau pada pukul 10.00 WIB tadi. Setelah itu sekitar pukul 14.00 WIB KRI akan langsung bertolak ke Pulau Sebaru. "Harapannya kita hari Jumat mereka sudah datang di Sebaru kurang lebih pukul 16.00 WIB nanti akan kita transfer ke darat. Kita laksanakan tindakan observasi seperti yang kemarin kita laksanakan di Lanud Saden Sajad," imbuhnya. Saat ini WNI kru kapal World Dream sudah dipindahkan ke KRI dr Soeharso dan sekarang sedang menuju Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Di Pulau Sebaru, 188 WNI akan menjalani observasi selama 14 hari. "Pemindahan dari Batam sudah dilakukan dari World Dream ke KRIdr Soeharso, sudah finish(selesai), sudah clear(beres)," kata kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, Rabu (26/2). Yurianto memperkirakan, KRI dr Soeharso, tiba di Sebaru Kecil sekitar dua hari lagi karena perjalanan dari Selat Durian, Kepulauan Riau, menuju Pulau Sebaru Kecil membutuhkan waktu sekitar 24 jam plus 17 jam. Di Pulau Sebaru Kecil, kata dia, sudah ada fasilitas observasi yang aman dan memenuhi standar kesehatan. Observasi terhadap anak buah World Dream, menurut dia, dilakukan di fasilitas yang sebelumnya dirancang untuk klinik rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Sebaru Kecil. "Ada delapan bangunan inti yang besar dua lantai seperti cottage bisa menampung 200 orang. Ada aula, ruang makan, dapur dan mes," katanya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan fasilitas untuk observasi WNI di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu lebih baik daripada fasilitas di Natuna. "Fasilitas di Sebaru lebih bagus karena ini adalah rumah-rumah yang ada kamar-kamarnya. Fasilitas ini adalah tempat rehabilitasi narkoba yang sudah kosong," kata Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (26/2). Rustian mengatakan, fasilitas di Sebaru tersebut berbeda dengan observasi di Natuna yang dilakukan di dalam hanggar yang di dalamnya dipasang tenda-tenda. Meskipun fasilitas secara fisik berbeda, Rustian menyebutkan logistik maupun personel yang dipersiapkan akan sama seperti di Natuna mulai dari peralatan, dokter ahli gizi, sanitasi, hingga psikolog. "Fasilitas di Sebaru bisa menampung 250 orang. Tempatnya bagus dan besar. Untuk proses observasi, akan ada lebih dari 760 personel yang mendukung," tuturnya. Lebih lanjut dia mengatakan sumber daya yang diperlukan untuk proses observasi di Pulau Sebaru Kecil sudah siap. Sumber daya tersebut dibawa menggunakan KRI Banda Aceh dari Komando Lintas Laut Militer. Observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan selama 14 hari sejak warga negara Indonesia anak buah kapal World Dream tiba di pulau tersebut. Selama dalam perjalanan di KRI dr Soeharso, mereka juga sudah akan mengalami pemeriksaan kesehatan karena kapal tersebut merupakan rumah sakit terapung.(rep)
Sumber: