5 Teroris Disergap di Banten
JAKARTA— Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menyergap lima orang terduga teroris di tiga lokasi berbeda, Kamis (23/3). Empat terduga teroris disergap di Jalan Raya Anyer-Cilegon, tepatnya di depan Pabrik Semen Merah Putih, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon. Kemudian, satu lagi ditangkap di Jalan Raya Labuan (depan Mesjid Assa'Adah), Kampung Cikanas, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang dan satu tersangka di Ciputat, Kota Tangsel.
Dalam penyergapan di Cilegon, satu terduga teroris tewas ditembak petugas setelah mencoba melawan petugas. Empat terduga teroris yang ditangkap di Cilegon yakni Nanang Kosim, Ojid Abdul Majid, Achmad Supriyanto, dan Icuk Pamulang. Nanang Kosim tewas karena luka tembak di kepala dan dadanya, sedangkan Ojid Abdul Majid tertembak di tangan.
Sempat terjadi kejar-kejaran antara anggota Densus 88 dengan empat terduga teroris yang menggunakan dua mobil. Saat coba dihentikan, salah satu terduga teroris nekat menabrakkan mobilnya ke kendaraan petugas. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, mobil pertama dikendarai dan ditumpangi oleh terduga teroris bernama Achmad Supriyanto dan Icul Pamulang. Lalu, mobil kedua dikemudikan oleh Nanang Kosim bersama Ojid Abdul Majid.
“Petugas sudah mengintai dan mengikuti mereka sejak dari arah Anyer,” paparnya.
Saat berada di sekitar Ciwandan, tepatnya berdekatan dengan pabrik semen Merah Putih, kedua mobil yang dikendarai terduga teroris melambat. Kondisi itu membuat Densus 88 mengambil keputusan untuk menghentikan kendaraan tersebut. Petugas memotong jalur kedua mobil terduga teroris dan menghalanginya dengan mobil. “Achmad dan Icuk yang berada di mobil pertama langsung menyerah,” jelasnya.
Tapi, berbeda dengan Nanang dan Abdul yang menggunakan mobil kedua. Mereka justru melakukan perlawanan pada petugas dengan memacu kendaraan dan menabrak mobil petugas. “Saat berupaya melarikan diri itu petugas melakukan pengejaran dan upaya melumpuhkan,” jelasnya. Petugas terpaksa melakukan penembakan ke arah kendaraan tersebut. Akhirnya, kedua terduga teroris menghentikan kendaraannya. Mereka berhasil dilumpuhkan dengan kondisi Nanang tertembak di bagian dada dan Abdul tertembak di bagian tangan. “Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk diselamatkan. Sayangnya, saat dalam perjalanan, Nanang menghembuskan nafas terakhirnya, dia meninggal,” ujarnya.
Dalam penangkapan itu, ditemukan sebuah senjata api jenis FN. Belum diketahui dari mana asal senjata api tersebut. Yang pasti, senjata itu akan digunakan untuk melakukan aksi teror. Keberhasilan Densus 88 Anti Teror dalam membekuk empat anggota kelompok teror ini memiliki arti yang begitu penting. Pasalnya, keempat terduga teroris itu memiliki rencana yang begitu berbahaya. Boy Rafli Amar mengungkapkan, rencana yang akan dilakukan kelompok ini adalah pelatihan militer di Halmahera. “Pelatihan militer ini tujuannya lebih besar,” ungkapnya.
Setelah pelatihan militer dilakukan, maka ada upaya untuk membuat Halmahera menjadi basis kelompok teror yang menggantian Poso. “Ini upaya mengganggalkan pelatihan militer itu,” jelasnya.
Yang paling berbahaya diantara keempat teroris adalah Nanang. Dia memiliki sejumlah peran yang begitu signifikan, pada 2015 Nanang mengikuti rapat kelompok teror Jemaah Ansharu Daulah (JAD) di Batu Malang. Sebagaimana diketahui, JAD ini dipimpin Amman Abdurrahman. “Nanang ini memiliki kemampuan dalam teknik persenjataan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Nanang juga berperan dalam aksi teror Bom Thamrin awal 2016. Dia menyembunyikan Abu Asybal salah satu pelarian yang diduga terlibat Bom Thamrin.
“Peran lainnya, dia juga pernah membuat bom pada 2016 di Gorontalo bersama terduga teroris bernama Fajrun,” ujarnya.Boy menjelaskan, Nanang ini juga melakukan pembelian M 16 yang diduga akan dipergunakan dalam aksi teror. Tidak berhenti di situ, terduga teroris yang meninggal ini juga mengetahui dan menyembunyikan pelaku bom Samarinda Andi Bakso. “Dia banyak terlibat aksi ya,” urainya.
Untuk peran dari tiga terduga teroris yang lain yang ditangkap bersama Nanang, Boy mengaku belum bisa menyebutkan. Menurutnya, ketiga terduga teroris lain sedang didalami perannya. “Semua sedang pendalaman,” papar mantan Kapolda Banten tersebut.
Sampai kemarin petang, Toyota Avanza warna hitam bernomor B 1479 KKA diamankan sementara di area pabrik semen Merah Putih. Bagian pintu sopir dan kaca depan tampak terkena peluru. Sementara itu, petugas kepolisian dan TNI tampak bersiaga di lokasi penangkapan.
Yuvi Heta, salah seorang saksi mata mengaku kaget dengan kejadian tersebut. Yuvi awalnya menduga keributan di depan Pabrik Semen Merah Putih adalah tawuran pelajar. Setelah didekati, ternyata petugas polisi sedang baku tembak dengan terduga teroris. “Saya kira suara petasan dan tawuran pelajar. Taunya itu suara tembakan," katanya.
Yuvi melihat dua mobil yang dikejar oleh densus 88 dari arah Anyer. Dari dua kendaraan itu, satu kendaraan melaju arah JLS, dan satu kendaraan ke arah Cilegon. "Yang ke arah Cilegon habis ditembak polisi. Di dalamnya ada dua orang, sopirnya meninggal kena tembak di bagian kepalanya,” ujarnya.
Terpisah, Kapolres Pandeglang AKBP Ary Satriyan mengungkapkan, penangkapan di Pandeglang dilakukan pukul 08.10 WIB di Jalan Raya Labuan, Kampung Cikanas, Kecamatan Menes. Terduga teroris yang diamankan itu berinisial MI, warga Kampung Kadu Kombong RW.03 Kecamatan Menes. “Keterlibatannya diduga pendanaan untuk kelompok Suryadi Masud, yang diduga untuk pembelian senjata api atau pelatihan militer di Filipina,” ujar Ary. Bersama terduga teroris, polisi mengamankan satu unit sepeda motor Yamaha Mio J Nopol A-2449-MF, helm, dan keranjang susu.
Tidak hanya empat terduga teroris yang ditangkap, masih ada empat terduga teroris lain yang ditangkap di sejumlah tempat yang berbeda. Sehingga totalnya ada delapan terduga teroris yang ditangkap. Yakni, Suryadi Masud alias Abu Ridho, Bambang Eko Prasetyo, Adi Jihadi dan Mulyadi. “Untuk S alias AB ini ditangkap di sebuah hotel Pesanggrahan, Tanjung Baru, Cikarang Timur, Bekasi,” paparnya.
Dia menuturkan, Suryadi memiliki peran mengetahui dan membangun jaringan kelompok teror Indonesia dengan Filipina Selatan atau kelompok Abu Sayyaf. “Yang bersangkutan juga mendanai aksi bom Thamrin,” ujarnya. Berdasarkan keterangan dari Suryadi, diketahui bahwa dia ini sudah tujuh kali bolak-balik Indonesia- Filipina. Di Filipina, dia membeli senjata berupa 17 pucuk M 16 dan 1 Pucuk M 14. “Tapi, sebelumnya dilakukan pembelian lima pucuk pistol,” papar Boy.
Lima pucuk pistol inilah yang kemudian disebar, dua untuk aksi bom Thamrin dan tiga pucuk pistol untuk Zaenal Anshori. “Tapi, Suryadi ini hanya orang suruhan, yang menyuruhnya adalah Rois, terpidana mati kasus terorisme,” jelasnya. Untuk penangkapan terhadap Bambang Eko dilakukan di sebuah bengkel di Sarua, Ciputat, Kota Tangsel pukul 13.08.
“Bambang ini terlibat dalam jaringan Suryadi dan ikut pelatihan militer yang dilakukan di Filipina,” ujarnya. Terduga teroris lain bernama Mulyadi ditangkap di Pandeglang. Namun, belum diketahui apa perannya. “Abu Jihadi yang juga ditangkap di Pandeglang, juga belum diketahui apa saja keterlibatannya,” ujarnya. (jpg/bha)
Sumber: