Dominasi Jasa Sumbang Stagnasi Ekonomi
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Sabtu 10-06-2017,04:17 WIB
Tingginya kontribusi sektor jasa mengakibatkan kualitas perekonomian Indonesia rendah. Terbukti, pertumbuhan perekonomian terus meningkat, tetapi penerimaan pajak negara gagal memenuhi target. Hingga kini, sektor jasa berkontribusi hingga 59 persen terhadap perekonomian nasional. Angka itu mengalahkan kontribusi jasa di Tiongkok.
Ekonom Faisal Basri menilai kontribusi besar sektor jasa disebabkan tingginya perlindungan pemerintah. Akibatnya, sektor jasa asing sulit masuk ke Indonesia. ’’Kalau sudah begitu, permintaan sektor jasa di dalam negeri makin tinggi dan pelaku usahanya bisa menetapkan harga tinggi,’’ ujarnya.
Menurut Faisal, kondisi tersebut menjadi dalang tidak tercapainya target penerimaan pajak pemerintah meski tax amnesty sudah diterapkan. ’’Negara sangat sulit mendapatkan pajak dari sektor jasa dan e-commerce. Apalagi, sektor jasa bisa menaikkan harga sesuai keinginan dengan mudah,’’ kata dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut. Meski begitu, penerimaan pajak yang tidak sesuai dengan target itu belum bisa menekan anggaran belanja pemerintah. Buktinya, infrastruktur terus dibangun di mana-mana. Akibatnya, pemerintah harus meningkatkan nominal pajak sehingga menyulitkan para pelaku industri.
Hingga kini, pertumbuhan sektor industri terus menurun. Dari 29 ribu perusahaan menjadi 24 ribu perusahaan saja. Faisal juga menilai sektor jasa yang mendominasi bakal membuat pergerakan perekonomian Indonesia stagnan di kisaran 5 persen tahun ini. Indonesia pun belum mampu memanfaatkan iklim perekonomian dunia yang kini justru makin kuat. ’’Nilai pound sterling dan pasar saham di Inggris naik serta Eropa berniat menyatukan kekuatan ekonomi,’’ jelas mantan komisioner KPPU tersebut. Ketika perekonomian dunia naik, masyarakat cenderung membeli barang-barang elektronik dan manufaktur. Namun, Indonesia tidak bisa memanfaatkannya karena lebih banyak menjual barang-barang mentah. (pus/c14/noe)
Sumber: