Chinese Taipei Open 2019, Greysia/Apriyani Target Final
TIDAK ada rehat sejenak buat ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu usai menjadi semifinalis di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019. Mereka harus segera mengatasi jet lag karena sudah ditunggu tiga turnamen lain. Greysia/Apriyani sudah berada di Jakarta usai tampil di Basel. Tak ada waktu istirahat, mereka sudah harus siap menjalani turnamen-turnamen Kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo. Eng Hian, pelatih pelatnas bulutangkis ganda putri, menjadwalkan tiga turnamen yang harus mereka jalani. Yakni, Chinese Taipei Open di Taipei Arena, Taiwan, 3-8 September, kemudian China Open di Olympic Sport Center Gymnasium, Changzou, China, 17-22 September, dan Korea Open di Incheon Airport Skydome, Korea Selatan, 24-29 September. Apriyani menyadari jadwal padat sudah menunggu di depan mata. Untuk itu, dia lebih fokus untuk pemulihan lebih dulu. "Ini saja sampai sekarang kami masih jet lag. Ini masih kami tahan. Ya, (untuk recovery) tentu kembalikan kondisi badan dulu, fresh dulu, tapi tak bisa santai juga, pikiran tetap harus di-push. Soalnya Olimpiade sebentar lagi dan kami harus terus cari poin," kata Apriyani, Kamis (29/8). Undian Chinese Taipei Open 2019 tak menguntungkan bagi ganda putri. Greysia/Apriyani sudah bertemu di babak-babak awal dengan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta di babak kedua. Dengan catatan mereka mulus di babak pertama. Meski demikian, Apriyani optimistis mereka bisa merebut gelar juara. Mereka punya modal besar dari Kejuaraan Dunia kemarin. "Kami targetnya memang harus final, maksimal juara. Karena ini level 300 jadi harus juara untuk poin Olimpiade. Jadi harus diambil," kata atlet berusia 21 tahun ini. Hasil pada Kejuaraan Dunia 2019 memang bisa menjadi salah satu gambaran persaingan ganda putri pada Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Pelatih Kepala Ganda Putri PP PBSI, Eng Hian masih optimis atlet binaannya lolos dan meraih medali di Olimpiade Tokyo. "Tentunya saya tetap optimis dengan hasil yang ada sekarang di Kejuaraan Dunia. Karena peta persaingannya kan kurang lebih sama," tutur Eng Hian, dirilis dari Badminton Indonesia. "Malah di Olimpiade nanti masing-masing negara wakilnya (maksimal) cuma dua," imbuhnya. Greysia/Apriyani sendiri memang kombinasi ganda putri senior-junior yang terbilang anyar. Mereka baru dipasangkan spada 2017 lalu, tepatnya pada turnamen beregu Piala Sudirman. "Sekarang yang jadi PR (pekerjaan rumah -red) saya adalah bagaimana saya tetap menjaga konsistensi, motivasi mereka. Terutama Greysia yang sudah usia, jangan sampai cedera," ujar mantan pemain ganda putra itu. "Untuk Apriyani, PR nya masih banyak karena dia pemain muda, jadi harus lebih ekstra untuk meningkatkan semuanya. Powernya, speednya, kualitias individunya, mumpung masih ada waktu," ucapnya. "Saya lihat peluang tetap ada. Peluang medali untuk di Olimpiade masih terbuka lebar," imbuhnya. "Jadi saya lebih tekankan ke Greysia/Apriyani untuk terus menjaga konsistensi mental mereka. Baik sebelum bertanding maupun di dalam lapangan," kata Eng Hian. Indonesia sebenarnya diharapkan memiliki satu ganda putri lainnya yang memiliki kans untuk lolos menuju Olimpiade Tokyo 2020 melalui Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta. Namun, Della/Rizki dipastikan harus berjuang lebih keras untuk memperbaiki peringkat mereka lantaran kini berada di peringkat 19 dunia. (apw/okz)
Sumber: