Doa dari Penjuru Negeri untuk Mbah Moen

Doa dari Penjuru Negeri untuk Mbah Moen

Tak ada wasiat khusus yang disampaikan KH Maimoen Zubair kepada keluarga sebelum berpulang. Sebelum dilantik sebagai gubernur, Khofifah Indar Parawansa mengaku dipesani agar memastikan warga Jawa Timur sejahtera. Dari musala dan kompleks pesantren putri, lantunan surah Yasin tak putus terdengar. Dilantunkan tak hanya oleh para santri Pondok Pesantren Al-Anwar, tapi juga ratusan lainnya yang datang dari berbagai pondok pesantren (ponpes). Sementara tamu dari berbagai kalangan juga tak henti mengalir ke kompleks ponpes yang terletak di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, itu. Di antaranya tampak Bupati Rembang Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Rembang Bayu Andriyanto. Juga sejumlah pimpinan ponpes. Semua demi satu tujuan: bertakziah dan mengirimkan doa atas wafatnya KH Maimoen Zubair. Ulama agung nan karismatis yang juga pemimpin Ponpes Al-Anwar itu berpulang kemarin pukul 04.17 waktu Makkah, Arab Saudi (pukul 08.17 WIB), dalam usia 90 tahun. ’’Keluarga semua tidak ada seperti ini (dapat wasiat, Red). Kami menyaring dari orang-orang bahwa Abah (Mbah Moen) ingin meninggal di Makkah dan meninggalnya hari Selasa,’’ kata Majid Kamil, salah seorang putra Mbah Moen, sapaan akrab almarhum, dalam jumpa pers kemarin sebagaimana dikutip Jawa Pos Radar Kudus. Mbah Moen adalah sosok ulama adiluhung. Dikenal sebagai ahli fiqh dan ushul fiqh, mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) itu sangat rendah hati. Tak henti menyampaikan pentingnya dakwah yang damai. Tak mengherankan kalau kepergian Mbah Moen meninggalkan kedukaan mendalam bagi banyak pihak. Para santri Ponpes Darul Quran Wal Irsyad, Ledoksari, Wonosari, Jogjakarta, misalnya, kemarin menggelar salat Gaib dan doa bersama. Sebagaimana dilaporkan Jawa Pos Radar Jogja, kegiatan berlangsung seusai salat Duhur. ’’Ini bentuk kecintaan dan penghormatan kami kepada Mbah Moen,’’ kata Imron Rosidi, salah seorang pengasuh Ponpes Darul Quran. Dari Surabaya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengikuti salat Gaib bersama di Masjid Al-Akbar. Salat yang diimami KH Abdul Hamid Abdullah itu berlangsung seusai salat Isya. ’’Saya yakin semua masyarakat Indonesia, tentunya termasuk Jawa Timur, mendoakan Mbah Moen mendapat tempat terbaik di sisi Allah,’’ kata Khofifah. Gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu mengaku punya sejumlah kenangan bersama Mbah Moen. Misalnya, dalam sebuah kesempatan ketika Mbah Moen sedang mengumpulkan anak, cucu, serta keluarga besar. Mbah Moen meminta apa yang disampaikan dalam momen tersebut direkam. ’’Cukup lama Mbah Moen ngendikan, sekitar 2 jam,’’ ungkapnya. Setelah itu, Mbah Moen mempersilakan semua yang hadir untuk makan bersama. Selesai makan, Mbah Moen melanjutkan pembicaraannya. ’’Sama seperti awal, Mbah Moen minta direkam dan berbicara sekitar 2 jam,’’ kenang Khofifah. Menurut Gus Kamil, seluruh keluarga sudah merelakan Mbah Moen dimakamkan di Makkah. Meski tak sedikit pihak yang menyarankan agar dimakamkan di tanah air. ’’Sebab, semua adalah milik Allah dan pasti suatu ketika kembali,’’ kata Gus Kamil. Sejak pagi, para petakziah sudah mengalir ke Ponpes Al-Anwar yang juga menjadi kediaman Mbah Moen. Terop-terop didirikan. Lantunan ayat suci juga terus terdengar. Tampak ikut mengaji Gus Baha, salah seorang santri kinasih Mbah Moen. Begitu mendengar sang ayah dalam kondisi kritis, Gus Kamil menyatakan dirinya terus berkomunikasi dengan para santri pendamping. ’’Kang-kang di sana bilang Abah sempat linu-linu. Saya tanya apakah kebanyakan tamu, katanya tidak,’’ ungkapnya. Sebelumnya, Gus Kamil mengaku seperti sudah mendapat isyarat melalui mimpi. Ada orang yang mengurus paspor kepergiannya ke Makkah. Seiring wafatnya sang ayah, Gus Kamil pun akan mewujudkan apa yang ada di mimpinya itu: pergi ke Makkah. ’’Rencananya saya sama Yasin. Tinggal tunggu visanya,’’ ujarnya. Hari kian beranjak siang di Ponpes Al-Anwar. Para tamu juga terus berdatangan. Sekitar pukul 14.30, di saat Gus Kamil masih sibuk berbincang dengan media, para tamu terlihat berdiri. Gus Yasin datang. Sebagian tamu mencium tangan salah satu di antara sembilan anak Mbah Moen itu. Ada pula yang memeluk sembari menepuk punggung untuk menguatkan. Tampak dari raut wajahnya, wakil gubernur Jawa Tengah itu seperti habis menangis. Matanya sembap dan memerah. ’’Memang, beliau (Mbah Moen) ingin meninggal pada hari Selasa. Sering menyampaikan hal itu meski tidak langsung,’’ kata Gus Yasin. Kini keluarga pun berharap diberi kekuatan lahir-batin untuk meneruskan kiprah dan perjuangan Mbah Moen. ’’Sebab, beliau adalah kiai yang nasionalis,’’ ujar Gus Kamil. Khofifah juga terus mengingat pesan Mbah Moen saat awal menerima mandat sebagai gubernur. Dia diminta menjaga Jawa Timur. Memastikan warga yang dia pimpin sejahtera. ’’Beliau juga berpesan membangun kekuatan Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai jantungnya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),’’ kata Khofifah. (vah/noe/gun/riq/c5/ttg)

Sumber: