Indonesia Open 2019, Potensi Juara Asal Pantang Menyerah
DRAWING sektor ganda campuran di Indonesia Open 2019 terbilang cukup ramah bagi Hafiz Faizal/Gloria E. Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Setidaknya pasangan nomor enam dan tujuh dunia itu tidak berpotensi rontok pada babak awal turnamen. Tahun lalu Hafiz/Gloria melenggang hingga semifinal, sedangkan Praveen/Melati terhenti di putaran 32 besar. Hanya pasangan senior Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang berhasil menembus final dan mengambil gelar juara. Tetapi Butet (sapaan Liliyana Natsir) sudah pensiun, giliran generasi selanjutnya yang harus mampu menunjukkan kualitas mereka sebagai top 10 dunia. Jika melihat skema tahun ini, dua unggulan Indonesia itu terpisah di pul atas dan bawah. Di satu sisi, ini merupakan berita bahagia mengingat potensi pertemuan mereka hanya akan terjadi di partai final. Di sisi lain, perjalanan untuk menembus babak tersebut juga terancam dijegal “tembok China” di babak perempatfinal. Ganda campuran terbaik dunia Zheng Siwei/Huang Yaqiong bisa jadi halangan terkuat bagi Praveen/Melati. Sementara pasangan nomor dua dunia Wang Yilyu/Huang Dongping bakal menyusahkan langkah Hafiz/Gloria di pul bawah. Selama ini ganda campuran asal Tiongkok itu jadi momok bagi Indonesia. Dua pasangan Merah Putih ini sama sekali belum pernah menang atas mereka. Tim pelatih pun menggeber persiapan untuk menghadapi lawan berat itu. Sebagai tuan rumah, ganda campuran bertekad untuk tidak menanggung malu dengan kalah di hadapan publik sendiri. Richard Mainaky sebagai pelatih pelatnas selalu menargetkan untuk berburu gelar di setiap turnamen yang diikuti. “Tapi target jangka panjang adalah lolos ke olimpiade. Masa Owi/Butet sudah selesai, sekarang giliran pemain generasi selanjutnya yang sedang dalam proses untuk meneruskan kejayaan tersebut,” tutur pelatih yang akrab disapa Icad tersebut. Sebisa mungkin capaian Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria harus lebih baik dibanding sebelumnya. Apalagi selama satu bulan persiapan ini, Icad menambahkan program latihan baru yang dipercaya bisa membuat anak asuhnya tampil lebih gesit di lapangan. Selain itu, persiapan panjang ini juga untuk tiga turnamen berturut-turut tidak hanya Indonesia Open, tapi juga Japan Open dan Thailand Open. “Kalau saya sendiri yang penting hasilnya nggak jauh dari sebelumnya. Tahun lalu ‘kan semifinal, itu yang jadi acuan,” ucap Gloria. Ganda campuran memang sedang dalam masa transisi. Tidak mudah untuk mengulang masa-masa ketika Owi/Butet masih jadi andalan utama sektor ini. Namun, tim tetap optimis dengan keadaan yang ada sekarang dipercaya bisa untuk melaju lebih jauh ketika tampil di Istora Senayan, komplek Gelora Bung Karno, Jakarta nanti. Dengan kondisi ini PP PBSI tetap menjadikan anak asuh Icad sebagai andalan untuk mempertahankan capaian tahun lalu. Terlebih selama ini skuad pelatnas selalu punya tren positif ketika tampil di kandang sendiri. Paling tidak selalu ada dua sampai tiga sektor yang mencapai final. “Itu membuktikan sebenarnya bisa. Tinggal semangatnya ditunjukkan dan benar-benar bertarung sampai titik darah penghabisan. Nggak gampang menyerah,” ujar Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti. (jpg/apw)
Sumber: